Friday, December 22, 2006

Bukit Hantu Jadi Lapangan Pacu

BUKIT KANDIH KOTA ARANG
BUKIT HANTU JADI GELANGGANG PACU

Oleh Fadilla Jusman
DULU,boleh dikatakan tidak seorang pun yang mengenal Bukit Kandih, bagian Kota Sawahlunto yang kini telah berubah menjadi gelanggang pacu kuda. Layaknya 'Bukit Hantu', kawasan bekas lahan tambang PTBA - UPO seluas 400 hektar itu tidak ditempuh manusia.
Namun semenjak dua tahun terakhir, nuansanya telah tampil berbeda. Walau belum seindah gelanggang pacu di Polo Mas, tetapi Bukit Kandih telah memenuhi persyaratan menjadi arena pacuan berstandar nasional.
Apalagi, semenjak Kejuaraan Nasional Pordasi Seri II yang diikuti puluhan kuda dari berbagai pulau di tanah air akhir pekan lalu, membuat Si Bukit Hantu jadi tinggal kenangan.
Tentu saja iven Kejurnas Pordasinmengukir sejarah baru bagi pariwisata Kota Arang itu. Sebab iven nasional itu baru untuk pertama kalinya dilaksanakan di Provinsi Sumbar, dan Sawahlunto mendapatkan kesempatan pertama untuk itu.
Memang, kini Bukit Hantu telah menyita ribuan pasang mata pengunjung yang datang dari berbagai daerah. Walau di bawah terik matahari yang menyengat, tidak membuat semangat penonton untuk mundur dan melewatkan pacuan demi pacuan. "Paneh-paneh saketek, ndak masalah do. Pacu kudo nasional ko sakali-sakali pulo adonyo," ujar Doni (34), yang sengaja datang dari Kota Batusangkar Tanah Datar, sambil menyeka keringat.
Memang, suasana dan kondisi Bukit Kandih terbilang sangat panas. Tetapi wajar saja, di lahan seluas 38 hektar tempat berdirinya lapangan pacu itu sangat sulit ditemui pepohonan tempat berteduh.
Meski demikian, Pemko Sawahlunto telah berupaya memberikan suatu hal yang semula diperkirakan tidak mampu terwujud. "Dulunya, memang tidak pernah terpikir akan mampu. Tetapi, ternyata setelah diusahakan dengan keras, ternyata mimpi itu jadi kenyataan," tutur Walikota Sawahlunto, Amran Nur, ketika ditemui "Haluan", di sela-sela kesibukkannya.
Perubahan rona Bukit Hantu menjadi gelanggang pacu, memang tidaklah bisa dengan angka yang kecil. Sedikitnya Rp4 miliar dana dari APBD Sawahlunto, yang juga dibantu Pemprov Sumbar ikut dalam pembangunannya.
Akan tetapi, masih banyak polesan-polesan yang harus dilakukan untuk mempercantik raut wajah gelanggang, yang ditopang panorama beberapa danau di sekelilingnya.
BANTUAN DEWAN STEWARD
Baiknya kesan yang diterima para kontingen ajang Kejurnas dan iven Sawahlunto Wisata Cup, membuat Ketua Dewan Steward, Bert Supit tergugah untuk memberikan bantuan, guna mempercantik rona wajah gelanggang. Di akhir pelaksanaan Kejurnas, Bert Supit sempat mengatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan memberikan bantuan guna perbaikkan sarana prasarana gelanggang.
Sebab, menurut Sekretaris Umum Pordasi Pusat, Umbu S. Samapaty, seluruh sarana gelanggang pacu kuda harus tersedia lengkap serta memadai. Termasuk di dalamnya kelengkapan foto finish pertandingan dan jalan untuk kuda.
Akan tetapi, Umbu angkat jempol ketika ditanyakan tentang pelaksanaan. Masyarakat Sumbar ternyata sangat baik, sehingga pelaksaan Kejurnas berjalan lancar.
"Sangat sukses, berbeda jauh dari pelaksanaan di Polo Mas. Sumbar sangat tertib, tidak ada satu pun insiden yang terjadi. Suatu hal yang luar biasa dalam iven kelas nasional ini," ujar Umbu.
KANDIH BAKAL DIKELILINGI KEBUN
BINATANG
Tidak sekedar polesan di sana sini, Pemko Sawahlunto menjelang akhir 2006 akan melengkapi di sekeliling gelanggang Kandih dengan kebun binatang. Mulai dari gajah, rusa, onta, serta lokasi bermain akan menghiasi masa depan Bukit Hantu.
"Pembangunan TMII dulunya mendapat cemoohan dari berbagai pihak, tapi ketika terlaksana seluruh pihak justru menikmatinya. Kita akan berusaha untuk menjadikannya di Sawahlunto," ujar Amran.
Bulan November mendatang, Putra Talawi itu mengaku, satu per satu binatang akan masuk ke Bukit Kandih.
Melihat kuatnya tekad Pemko Sawahlunto dalam merealisasikan Visi dan Misi Pariwisata Sawahlunto menjadi Kota Wisata Tambang Berbudaya itu, Gamawan Fauzi ketika meresmikan Kejurnas, juga berkeinginan menjadi orang pertama dalam pembukaan kebun binatang yang akan dibentuk.
Tidak ketinggalan tentunya, jika Sawahlunto punya gelanggang pacu kuda, juga memiliki pusat peternakan dan pembibitan kuda sendiri. "Kita tawarkan kepada pihak swasta yang ingin dan berani berinvestasi bidang peternakan dan pembibitan kuda," ujar Amran.Terkait masalah lahan, katanya, daerah akan memberikan keringanan dalam bentuk peminjaman lahan secara gratis. Termasuk, jika ada swasta yang berkeinginan mendirikan pemondokan maupun penginapan juga akan mendapatkan keringanan serupa.***

Pordasi Seri II di Kota Arang

Pordasi Seri II di Kota Arang
KEJURNAS Pordasi Seri II di Bukit Kandis Sawahlunto 17 September 2006 mendatang hanya tinggal menunggu hari. Seluruh persiapan, mulai dari arena track pacuan hingga prasarana transportasi telah rampung. Pordasi Sumbar optimis pertahankan gelar juara umum.
Dengan satu jalan masuk dan dua jalan keluar diperkirakan dapat mengatasi kemacetan. Untuk jalan utama menuju Bukit Kandis yang melewati Danau Wisata Kandis dari Simpang Napar Desa Sikalang pun telah diaspal. Sedangkan untuk dua jalan keluar menuju Desa Sikalang dan Desa Santur, yang dulunya berupa jalan tanah, telah dilapisi dengan batu kerikil dan pasir.
“Semua jalan, baik untuk keluar dan masuk sudah dapat dilalui. Kita yakin, untuk masalah kemacetan akan dapat diatasi,” terang Kepala Dinas PU Sawahlunto, Syafaruddin, kepada “Haluan”, di sela-sela kesibukkannya.
Kondisi di arena track pacuan sendiri, setiap harinya terutama pagi dan sore hari, 87 ekor kuda dari berbagai daerah kontingen terus melakukan uji coba pengenalan track sekaligus refresing bagi kuda jagoan mereka.
Ketua Pordasi Sumbar, Fauzi Hasan, mengatakan pihaknya optimis Sumbar bakal tetap mempertahankan juara umum yang telah direbut pada Kejurnas Pordasi Seri I Polo Mas Jakarta.
“Ini kejuaraan di kandang sendiri, sangat yakin kuda Sumbar dapat mempertahankan gelar juara umum. Tandang saja kita bisa menang, apa tah lagi kandang,” ujar Fauzi Hasan.
Pordasi Sumbar memang terbilang tangguh, selain pada Kejurnas Seri I, secara berturut-turut pada tahun 2000, 2001, 2002 meraih gelar juara umum. Sumbar hanya kebobolan pada tahun 2003. Gelar itu kembali direbut pada 2004, namun kembali lepas di tahun 2005.
Pada Kejurnas Seri I lalu, Pordasi Sumbar telah gelar juara umum, dengan mengantongi nilai 48,5, yang dibayang-bayangi Pordasi Jawa Tengah dengan nilai 35, Jawa Timur dengan nilai 25,5.
Kondisi yang agak kurang menguntungkan seiring seringnya hujan, yang membuat arena track menjadi sedikit becek dan lembek. Akan tetapi, hal tersebut tidak menyurutkan semangat para pencinta olahraga berkuda untuk melakukan ujicoba.
Sementara itu, secara terpisah Wakil Sekretaris Panitia Kejurnas Pordasi Seri II, Muksis mengatakan pihaknya meyakini ajang perhelatan nasional kali ini, akan menyedot perhatian masyarakat. Setidaknya 60 ribu masyarakat akan hadir menyaksikan kecepatan kuda dari berbagai daerah yang hadir.
Hal itu, kata Muksis, dengan berpedoman kepada perhatian masyakat sewaktu track pacuan kuda Bukit Kandih diresmikan beberapa bulan lalu, yang menimbulkan kemacetan yang luar biasa hebat. Walau pun sewaktu peresmian pembukaan pacuan Kandis tidak dipungut karcis biaya masuk.Dalam kejurnas kali ini, masyarakat hanya dikenakan uang masuk sebesar Rp.3.000 per kepala, di luar biaya parkir dan sewa tribun, jika masyarakat ingin duduk tenang di tribun yang tersedia.***

Tambang Liar di Kota Arang

Tambang Liar di Kota Arang
SAWAHLUNTO, mungkin tidak asing didengar telinga. Sebuah kota kecil yang memiliki luas 24.344 hektar itu, sangat terkenal dengan tambang batu bara yang dikelola PT. Bukit Asam Unit Pertambangan Ombilin (PTBA UPO), yang sebelumnya merupakan rintisan penjajah dari negeri kincir angin atau Belanda pada tahun 1887.
Namun semenjak tahun 1996 serentak dengan digulirkannya Otonomi Daerah (Otoda), sebagian masyarakat Sawahlunto mulai ingin ikut menikmati bagaimana rasa hasil tambang batu bara secara langsung, dengan melakukan penambangan secara sendiri-sendiri.
Meski tidak mengantongi izin, masyarakat mulai dari tua hingga kawula muda mulai mengangkat ‘senjata’ melakukan penambangan secara tradisional, yang disebut tambang rakyat, dan biasa dikatakan penambangan tanpa izin (peti).
Peti pun mulai menggarap lahan bekas tambang milik PTBA, meski hanya dengan berbekal linggis, baling, keranjang, gerobak dan sekop, serta peralatan seadanya sebagai senjata, mereka langsung terjun melakukan penambangan ala tambang rakyat.
Walau dengan keterbatasan peralatan, peti mulai melubangi perbukitan dari bekas tambang, yang diperkirakan masih menyimpan sisa-sisa tambang bekas PTBA itu. Masyarakat kota kuali ini menyebutnya ‘lubang mancik’ alias lubang tikus. Kedalamannya pun tidak tanggung-tanggung, mampu mencapai ratusan meter. Persis seperti tambang dalam yang dibangun orang rantai sewaktu tambang dikelola Belanda dulu.
Namun kelemahannya, tambang ala rakyat dengan lubang manciknya, tidak diikuti dengan pengamanan (safety) terhadap penambangnya, berupa penyangga yang kokoh. Melainkan hanya sekedar penyangga kayu, yang tidak terjamin kekuatan untuk keselamatan para pekerja di dalamnya.
Syafrizal, 25 tahun, warga Sikalang Kota Sawahlunto, salah seorang penambangan, kepada “Haluan”, mengaku untuk menemukan batu bara, harus menggali lubang hingga pada kedalaman 150 meter, sebab batu bara pada tambang terbuka sendiri telah habis.
Menurut Syafrizal, bapak satu anak yang akrab dipanggil Aa itu, kalau nasib sedang baik, dalam waktu sehari bersama rekannya dapat menemukan langsung batu bara. Namun jika tidak, meski telah berhari-hari menggali, juga tidak menemukan satu sekop pun.
Terkadang, katanya, setelah tujuh hari menggali, batu bara tidak kunjung ketemu. Selanjutnya, Aa dan rekannya pun harus beralih ke lokasi lain, yang diyakini masih memendam batu hitam.
“Ya, demi memenuhi kebutuhan hidup, sebab tidak ada lagi yang bisa diperbuat. Sementara anak dan istri juga ingin makan. Jadi harus pindah dari satu lubang ke lubang yang lain,” ujar pria tamatan sekolah teknik Sawahlunto itu.
Akan tetapi, jika nasib sedang berpihak para penambang mampu mendapatkan tujuh hingga delapan ton. Namun, tidak kalah seringnya mereka hanya mendapatkan galian kosong atau batu bara sama sekali.
Berjuang ke dalam tanah menggali bumi, para penambang juga dihantui dengan rasa takut dan rasa cemas akan gas metan, kalau sewaktu-waktu lubang yang mereka lewati tibatiba menembus gas metan yang diperkirakan masih tersimpan di kawasan bekas tambang PTBA itu.
Namun, kebutuhan hidup sedikit mampu mengalahkan kedua rasa takut dan kecemasan itu, sehingga penambang tetap harus keluar masuk lubang mancik, menggali dan terus mencari lapisan batu bara.
“Terkadang rasa takut sangat menghantui. Apalagi ketika gempa mengguncang Sumbar beberapa waktu lalu. Kami harus ekstra hati-hati. Mendengar sedikit getaran saja, kami harus segera keluar,” ujar Nopriadi, penambang lainnya, di kawasan Langkok.
Untuk mendapatkan batu bara, Nopriadi harus menggali dan menembus tanah sedalam 75 meter hingga 200 meter. Jika nasib sedang untung, mereka bisa mendapatkan batu bara dengan ketebalan di atas setengah meter.
“Tapi, kalau lagi buntung seminggu menggali tanah, jangan lapisan batu bara, sisa batu bara pun tidak kami temukan. Ya, terpaksa pindah mengadu nasib dengan lubang baru, mencari di lokasi lain, yang mungkin masih menyimpan sisa-sisa batu bara,”ujar pria dengan wajah yang dipenuhi debu batu bara itu.
Memang berpetualang dan berbekal alat seadanya untuk mendapatkan beberapa ton batu bara, dalam lubang yang dalamnya mencapai ratusan meter itu, seorang manusia harus berpikir berulang-ulang. Namun, jika tuntutan hidup sudah tidak terkendali, apa boleh buat, Syafrizal dan rekan-rekannya harus berani menyabung nyawa, menggali hingga ke perut bumi.
Dalam minggu lalu, tepatnya Selasa (17/1) lubang tambang ombilin di Sawah Rasau mengalami kebakaran hebat. Diperkirakan kebakaran tersebut akibat dari ulah
Sekaitan tentang harga, walau para penambang telah mempertaruhkan nyawanya, Aa dan Nop, mengaku per tonnya batu bara yang mereka dapatkan hanya diharga Rp.170 ribu. Itu pun jika lubang yang mereka gali, milik sendiri.
Namun, jika lubang yang mereka ambil batu baranya milik orang lain, angka Rp.170 ribu itu akan berubah dan menciut hingga Rp.65 ribu ke tangan mereka. Penuh dengan potongan, untuk ini, itu dan uang ulayat, termasuk biaya alat.
Namun, nilai itu, tidak akan sepenuhnya dapat dinikmati penambang, jika lubang bukan yang mereka tambang milik orang lain. Sebab 40 persen dari hasil harus diserahkan kepada pemilik lubang, sebagai biaya peralatan dan ganti rugio tanah.
“Harga Rp.170 ribu ini, sudah termasuk besar, dua tahun lampau hanyalah Rp.95 ribu per tonnya. Kalau terjual, dalam satu ton, penambang hanya mendapatkan Rp 50 ribu hingga Rp.60 ribu, selebihnya jadi hak pemilik lubang,”ujarnya.
Pada hal, harga batu bara pada tingkat industri, baik yang dijual ke PT. Semen Padang, mau pun PLTU Sijantang, lanjut Aa, mencapai level Rp. 330 ribu per tonnya. Namun, penambang tradisional itu tidak dapat menikmati harga pada level tersebut. Sebab untuk menjual ke perusahaan tersebut, harus memiliki DO (Delivery Order).Memilukan memang, tapi apa hendak dikata, jika kebutuhan hidup yang semakin mendesak selalu mengikuti arah kehidupan. Aa dan kawan-kawannya tidak mampu untuk menghindar. Mereka harus tetap tegar menyabung nyawa dari lubang ke lubang, guna memenuhi kebutuhan hidup, dan menyekolahkan guna merubah nasib keturunan mereka nantinya.***

Tambang Emas Bak Cendawan di Kota Arang

Bak Cendawan
Tambang Emas Tumbuh di Kota Arang
KURANGNYA peluang kerja, membuat sebagian masyarakat Kota Sawahlunto beralih profesi menjadi penambang emas. Hampir di setiap aliran sungai di Kota Kuali tidak lepas dari deru bisingnya mesin dompeng sipencari emas, yang membutuhkan perhatian pemerintah.
Sungai Batang Ombilin misalnya, ketika melintas jembatan di kawasan Salak, terlihat jejeran mesin dompeng yang menyembulkan asap hitam dengan suara yang menderu, saling berpacu mengeluarkan air dari lubang tambang.
Sebagian penambang mengaku, penambangan emas yang mereka lakukan karena sulitnya mencari pekerjaan. Sementara himpitan ekonomi semakin keras menekan sendi-sendi kehidupan. Bahkan diantara mereka sengaja lari dari tambang batubara rakyat, yang tidak lagi menjanjikan."Ya sekedar untuk memenuhi hidup dari hari ke hari," ujar Madi (34), salah seorang penambang, kepada "Haluan", Rabu (13/9).
Meski hanya sekedar mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, untuk melakukan penambangan harus memiliki modal yang kuat. Sebab, membutuhkan sepasang mesin dompeng, untuk menyedot air dan pasir yang mengandung emas.
Tidak berbeda jauh dengan aktifitas di Batang Ombilin, sungai Malakutan di Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto pun tidak luput dengan deru bising mesin dompeng yang silih berganti memompakan asap hitamnya.
Eri (35), bersama lima orang rekannya semenjak dua tahun silam telah bergelut dengan pencarian emas dengan menggali dasar sungai Lintas Malakutan. "Dari pada melakukan tambang batubara, yang belum jelas keberadaannya dan kandungan yang semakin menipis, lebih baik menambang emas, yang harganya senantiasa melonjak," tutur Eri, dengan baju basah yang melekat di badannya.
Meski hanya sekedar penyambung hidup, aktifitas penambangan emas juga menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap air dan areal persawahan yang berada di sepanjang aliran sungai.
Namun, di balik usaha memenuhi kebutuhan hidup, aktifitas penambangan emas juga mengancam areal sawah masyarakat yang berada di sepanjang aliran sungai. Betapa tidak, akibat sungai yang secara terus menerus digali, membuat sawah di sepanjang alirannya menjadi runtuh, karena kehilangan keseimbangan.
Apalagi, ketika musim hujan datang, air sungai yang rata-rata setinggi lutut, menjadi banjir, yang secara tidak langsung mengikis setiap tepian sungai. Akibatnya, lagi-lagi pengikisan tanah olah air.Mungkin sudah saatnya pemerintah Kota Sawahlunto memberikan perhatian kepada aktifitas penambang emas, agar tetap mampu menjaga ekosistem yang ada di sekelilingnya.***

Bantuan Keuangan Parpol Kota Arang

Bantuan Keuangan Parpol Kota Arang
DPRD Kota Sawahlunto tengah menggodok Peraturan Daerah tentang bantuan keuangan bagi partai politik, sesuai dengan peraturan yang termaktub dalam PP 37 Tahun 2005. Walikota "tawarkan" angka Rp10 juta untuk setiap kursi partai yang duduk di legislatif per tahun.
Wakil Ketua DPRD Kota Arang, Nurman Intan Batuah, memandang angka Rp10 juta untuk setiap kursi partai yang berhasil mendudukan wakilnya masih dalam batas kewajaran, serta sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
"Secara pribadi, angka Rp10 juta untuk bantuan keuangan partai politik masih dalam ambang kewajaran," tutur Nurman Intan Batuah, ketika ditemui "Haluan", Rabu (15/11).
Meski, lanjut mantan ketua DPD PAN Sawahlunto itu, angka tersebut terbilang paling rendah diantara bantuan keuangan partai politik didaerah lain. Walau pun, secara aturan yang diamanahkan dalam PP 37 Tahun 2005, bantuan keuangan partai politik di tingkat kabupaten dan kota tidak boleh melebihi bantuan keuangan partai politik di tingkat provinsi. Saat ini, untuk tingkat provinsi bantuan keuangan partai politik berada pada angka Rp21 juta per kursi per tahun.
Memang, kata Nurman, untuk plafon berapa angka yang akan diterima partai hingga saat masih dalam pembahasan. Tetapi, melihat dari kondisi keuangan daerah dan aturan yang ada, angka Rp10 juta masih berada pada titik kewajaran.
Dearah lain, Suami Marfilinda itu, bantuan keuangannya mendekati bantuan keuangan partai politik di tingkat provinsi. Malahan ada yang mencapai angka Rp18 juta hingga Rp20 juta. Tetapi, kembali kepada aturan. Angka tersebut sudah berada di bawah bantuan pada tingkat provinsi.
Dengan APBD Kota Sawahlunto yang saat ini telah menembus angka Rp200 miliar. Maka bantuan partai keuangan politik sebesar Rp10 juta masih dianggap wajar.
Walau pun dinilai wajar, berapa angka yang akan ditetapkan menjadi bantuan keuangan partai politik, akan diputuskan dalam sidang paripurna, yang diperkirakan terlaksana pada 11 Desember 2006 mendatang.
Terkait masalah APBD Kota Sawahlunto, porsi terbesar akan tetap berada pada sektor pendidikan. Diperkirakan akan mencapai 24 persen. Disusul dengan sektor kesehatan sebesar 13,8 persen.***

Sistem Perkawinan Kolok Kota Arang

SISTEM PERKAWINAN NAGARI KOLOK
URANG SUMANDO PEGANG PERANAN

Oleh : Fadilla Jusman
TIDAK dapat disanggah-sanggah, jika seluruh nagari di Minangkabau memiliki kesamaan dalam sistem perkawinan. Dimana dalam Adat Minangkabau tidak dibenarkan orang sekaum atau sesuku saling kawin mengawini "Suku Tak Dapek Dianjak, Malu Tak Dapek Dibagi".
Sebab, berasal dari nenek yang sama dan memiliki pertalian darah, seharta, sepusaka, sepandam, sepekuburan untuk membuktikan orang sekaum dilihat dari silsilah keturunan atau ranji.
Nagari Kolok yang merupakan bagian dari Kota Sawahlunto juga memiliki sistem perkawinan tersendiri. Tidak berbeda jauh dengan adat di nagari lain di Minangkabau, jika seorang laki-laki (Bujang) telah merasa dan berkeinginan untuk membentuk keluarga, maka pihak keluarga laki-laki akan melakukan perundingan dalam keluarga atau disebut "Etongan Saparuik".
Kenapa perundingan dimulai dari pihak laki-laki. Karena pinangan dilakukan oleh laki-laki kepada pihak wanita.
"Dulunya pada zaman penjajahan Belanda pinangan dilakukan dari pihak wanita kepada laki-laki. Karena laki-laki merupakan tempat menggantungkan hidup bagi kaum hawa," tutur Ketua Kerapatan Adat Nagari Kolok, Jasril Datuak Paduko Suanso bersama Sekretarisnya, Maiyufrizal Pakiah Sati secara terpisah kepada "Haluan", di kediamannya.
Namun, lanjut Bapak dua itu, ketika penjajahan Jepang terjadi perubahan. Dimana proses pinang meminang dimulai dari pihak kaum adam, dengan alasan kaum adam akan menetap di rumah wanita. Akan tetapi, perubahan tersebut tidak dipengaruhi penjajahan yang terjadi.
Selanjutnya, yang membedakan dari proses pelaksanaan yakni pekerjaan persiapan hingga pelaksanaan prosesi perkawinan selesai berada di tangan Urang Sumando (Suami dari wanita di pihak laki-laki).
Setelah keluarga sepakat atau etongan saparuik memperoleh kata bulat. Maka pihak keluarga menyampaikan kepada Mamak Tungganai rumah (Mamak yang dituakan pada rumah kaum atau suku). Ketika pokok masalah telah sampai di tangan Tungganai, Tungganai akan memanggil Urang Sumando untuk melaksanakan perundingan dengan Urang Sumando dari pihak calon istri atau si gadih minang yang akan dipinang.
Maka dicarilah seorang laki-laki dan perempuan keluarga terdekat sebagai penghubung untuk meninjau (Rasok Aie ka Pamatang, Rasok Minyak ka Kuali). Utusan pihak laki-laki mencari gambaran, apakah niat baik tersebut dapat diterima atau tidak. Serta kepada siapa pihak laki-laki akan bertanya atau kemana akan melangkah.
Tentu saja, Urang Sumando dari pihak wanita dengan cepat tanggap menyampaikan hal itu kepada keluarga pihak si gadih minang. Sama dengan keluarga pihak laki-laki, keluarga si gadih minang pun melakukan Etongan Saparuik atau keluarga kecilnya.
Apakah niat baik dari pihak laki-laki diterima atau tidak, tanpa diketahui Mamak Tungganai rumahnya harus diputuskan dalam Etongan Saparuik. Hasil kesepakatan itu, dikembalikan kepada Urang Sumando, yang diteruskan kepada Sumando pihak laki-laki, dengan cacatan adanya waktu pelaksanaan pertemuan kedua belah pihak.
Namun, sebelumnya pihak laki-laki dengan memperluas ke unsur Ninik Mamak, Bako (Saudara dari Ayah Pihak Laki-laki), juga melakukan perundingan kembali. Setelah ada kata setuju, maka Urang Sumando kembali mengambil perannya untuk menyampaikan kepada Urang Sumando pihak si gadih minang, bahwa perundingan kedua belah pihak dapat dilakukan, yang biasanya merupakan langkah peminangan.
Dalam perundingan kedua belah keluarga yang dihadiri salah seorang Ninik Mamak, Bako dan Bundo Kanduang bersama Urang Sumando itu, hanya menentukan mahar dan waktu pelaksanaan atau disebut dengan Bulang Padan.
Pertemuan kedua pihak ini juga dilakukan Latak Tando, yang biasa penyerahan cincin dari pihak laki-laki kepada perempuan sebagai tanda telah ada ikatan. "Jikok nantinyo ado salah ciek pihak nan mambatalkan ikatan. Hukum adatnyo, pihak yang membatalkan harus mengembalikan tando duo kali lipat. Jiko laki-laki nan mambatalkan, secara otomatis tando yang diagiahkan ke pihak si gadih minang akan hilang," kata Jasril.
Namun, sela Maiyufrizal, jika pihak perempuan yang membatalkan, harus mengembalikan tando dua kali lipat dari besaran yang diberikan.
Usai kata setuju dan mufakat kedua pihak tentang Bulang Padan, utusan kedua belah pihak mengemukakan kembali kepada Mamak Tungganai.
Singkat kata, setelah nikah dilaksanakan, dan waktu pelaksanaan Baralek telah tiba si gadih minang meminjam mempelai laki-laki untuk diarak ke rumahnya. Tetapi, pelaksanaan arak-arakan yang diiringi musik kesenian Talempong dan Pupuik Sarunai dilakukan dari rumah Bako (saudara ayah) pihak perempuan menuju ke rumah anak daro.
Usai prosesi pelaksanaan baralek di rumah anak daro, kedua mempelai dijemput Urang Sumando dan Sumandan pihak laki-laki, untuk dibawa ke rumah mempelai laki-laki atau mertua dari anak daro. Arak-arakan pun dilaksanakan menuju ke rumah mempelai laki-laki, dengan iringan lima talam (tempat susunan piring berisi makanan), yang akan dijadikan jamuan makan bagi undangan di rumah mempelai laki-laki.
Tetapi, pelaksanaan menikmati jamuan makan di rumah laki-laki, menurut Jasril dan Mayufrizal, tidak semudah jamuan di rumah wanita. Hantaran prakata (Pasambahan) dilaksanakan Urang Sumando, yang meminta izin Tungganai Rumah untuk memberikan jamuan kepada undangan.
"Kok hauih buliah di bariminum, kok lapa buliah diagiah makan," ujar Urang Sumando, dengan meminta izin kepada Tungganai.
Izin yang disampaikan ke Tungganai, akan diteruskan Tungganai kepada Mamak. Jika Mamak memberi izin, baru akan dikembalikan kepada Urang Sumando, bahwa jamuan makan dapat dilaksanakan. Panjangnya proses dan prosedur izin jamuan tidak sampai disana saja. Urang Sumando yang telah mengantongi izin dari Tungganai harus menyapa semua undangan (Sijamu), apakah siap untuk melaksanakan prosesi jamuan. Sijamu pun tidak bisa memutuskan begitu saja, sebab harus menyapa kembali Tungganai Rumah.
Jika izin bagi sijamu diberikan Tungganai Rumah, baru Sijamu mengatakan kepada Urang Sumando bahwa pihaknya telah siap untuk menyicipi jamuan.
Usai menikmati jamuan, proses penutupan acara jamuan juga dilaksanakan serupa dengan proses izin mencicipi jamuan pertama. Setelah ditutup, Urang Sumando pihak anak daro minta izin kepada sumando laki-laki untuk kembali menjemput kedua mempelai. Sebelumnya, dari pihak anak daro juga harus menyerahkan keris kepada Urang Sumando laki-laki, dan marapulai pun dapat dibawa pulang ke rumah anak daro.
Ketika menjelang malam, pihak wanita pun harus kembali menyiapkan diri untuk pergi "Manjalang" atau silaturrahmi dengan membawa iringan makanan menuju rumah bako (keluarga ayah) pihak laki-laki, untuk dimakan bersama di sana.
Maka, berakhirlah prosesi perkawinan adat Nagari Kolok. Namun, dalam setahun atau biasanya pada bulan suci ramadhan kegiatan manjalang harus tetap dilaksanakan pihak wanita ke rumah bako dari suaminya.
"Manjalang di bulan ramadhan ini lah yang mulai hilang. Pada hal, secara filosofinya bertujuan untuk mempererat tali siaturrahmi kedua keluarga," kata Jasril.***

Minimnya Fasilitas SKB Kota Arang

Minimnya Fasilitas SKB Kota Arang
MINIMNYA sarana dan prasarana Sanggar Kegiatan Belajar Kota Sawahlunto, mendapat sambutan dari wakil rakyat Kota Arang. Jika, anggaran peningkatan sarana SKB diajukan wakil rakyat akan mendukung realisasi dalam APBD 2007.
Namun hal itu terpulang kepada Pemko Sawahlunto, apakah akan diajukan dalam RAPBD atau tidak. Pentingnya peningkatan sarana dan fasilitas SKB dilihat dari manfaat serta potensi yang dimiliki SKB dalam meningkatkan pendapatan daerah.
"Kita akan setujui, jika pemko mengajukan alokasi anggaran untuk meningkatkan sarana dan fasilitas SKB. Sebab, SKB mempunyai potensi sebagai tempat pelaksanaan berbagai kegiatan pendidikan dan latihan yang dilakukan baik instansi maupun organisasi kemasyarakatan," ujar Wakil Ketua DPRD Kota Sawahlunto, Nurman Intan Batuah, ketika ditemui "Haluan", di ruang kerjanya.
Nurman mengakui, SKB memiliki potensi besar dalam meningkatan pendapatan daerah, jika ditunjang dengan fasilitas yang memadai. SKB memiliki lokasi yang sangat strategis dan jauh dari kebisingan lalu lintas. Sehingga sangat cocok sebagai pusat pendidikan dan pelatihan atau tempat pertemuan.
Menurut Nurman, selain SKB juga ada gedung milik pemko yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pertemuan dan pusat diklat yakni, gedung pertemuan wanita dan gedung pertemuan masyarakat. Tetapi, kedua gedung tersebut berada di tengah kota.
Sebelumnya, Kepala SKB Kota Sawahlunto, Drs. Beni Rizal mengaku telah beberapa kali mengajukan pembangunan pagar, peningkatan fasilitas ruang dan kamar tidur, layanan air bersih. Namun, akibat keterbatasan anggaran, program yang diajukan menjadi kandas di tengah jalan.
Akibatnya, SKB belum dapat dimanfaatkan dengan optimal oleh lembaga atau organisasi yang akan memanfaatkan.
Saat ini, SKB yang memiliki fasilitas 12 kamar dengan 72 tempat tidur serta satu ruang pertemuan dapat difungsikan sebagai tempat berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan yang digelar dinas, badan dan kantor di lingkungan Kota Sawahlunto.
Meski sulit mendapatkan sarana dan fasilitas Beni mengaku, target yang diberikan pemda melalui Dinas Pendidikan sudah tercapai. Bahkan, pemasukan yang disetorkan mendekati angka 200 persen dari target yang diberikan. Pada tahun 2005, SKB diberikan target pendapatan sebesar Rp.5 juta, dengan pencapaian menembus angka Rp.11 juta. Begitu juga dengan tahun 2006, target Rp.7 juta, hingga saat ini pemasukan SKB telah mencapai Rp.10 juta.
"Jika pemda komitmen untuk memusatkan seluruh kegiatannya dengan memanfaatkan SKB, tentu pendapatan SKB yang nantinya akan mengalir ke kas daerah akan jauh berlipat ganda," kata Beni.
Tetapi, lanjut pria kelahiran Payakumbuh itu, mesti diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Sehingga, tidak ada lagi keluhan dari para pengguna SKB, namun kepuasan.
Selain keterbatasan sarana, sarana yang telah dibangun pun belum dapat dimanfaatkan. Sebelumnya, SKB yang juga sempat dimanfaatkan sebagai kediaman bagi para atlet Porprov Kota Sawahlunto telah dibangun satu bak air dengan daya tampung 75 kubik, yang menelan biaya Rp.100 juta. Tetapi, fasilitas yang semula direncanakan untuk menunjang kegiatan Porprov Sumbar itu hingga saat ini belum dapat dimanfaatkan. Pasalnya, dalam pembangunannya tidak dilengkapi dengan instalasi penyaluran air. Akibatnya, sampai detik ini bak penampung itu belum dapat dipergunakan.
"Dalam tinjauan BPK beberapa waktu lalu, telah menyarankan agar pemerintah lebih memprioritaskan pembangunan jaringan penyaluran air ini," katanya.
Terkait masalah sewa, lanjut pria dengan postur tubuh tinggi itu, biaya yang dikenakan kepada pemakai masih sangat rendah. Tetapi, diimbangi dengan fasilitas yang memadai serta bisa memberikan kepuasan kepada penyewa, tentu biaya yang dikenakan dapat ditingkatkan melalui Perda Retribusi Kota Sawahlunto.
Menanggapi hal itu, wakil rakyat dari Partai PAN, Nurman Intan Batuah, mengatakan pihaknya tengah menggodok Perda Retribusi, yang diperkirakan akan dapat disahkan pada Minggu Kedua Desember mendatang.
"Yang kita inginkan, masyarakat tidak diberatkan, tetapi dapat meningkatkan pendapatan daerah. Tentu saja, jika SKB dapat meningkatkan fasilitasnya, akan seiring dengan peningkatan biaya yang akan dikenakan kepada pengguna," tambah Bapak tiga anak itu.***

APBD Kota Arang Defisit

APBD Kota Arang Defisit
MESKI terjadi peningkatan sebesar Rp4 miliar, rencana APBD Kota Sawahlunto yang tertuang dalam draf Kebijakan Umum Anggaran tahun 2007 dengan jumlah Rp218 miliar, diperkirakan akan mengalami defisit Rp1 miliar lebih, dari pendapatan yang diperkirakan Rp216 miliar lebih. Peningkatan RAPBD terjadi diakibatkan bertambahnya Dana Alokasi Umum (DAU) dari pemerintah pusat senilai Rp12 miliar.
Sedangkan pada sektor Pendapatan Asli Daerah terjadi penurunan sebesar Rp415 juta. Penurunan pendapatan menonjol terjadi pada pendapatan lain-lain yang sah. Dari Rp5,026 miliar di tahun 2006, pada tahun 2007 diperkirakan hanya Rp3,263 miliar atau terjadi penurunan Rp1,8 miliar.
"DAU Kota Sawahlunto untuk tahun 2007 meningkat menjadi Rp160 miliar, dari sebelumnya Rp147,9 miliar tahun 2006. Sedangkan pada pendapatan lain-lain yang sah terjadi menurun Rp1,8 miliar," terang anggota Panitia Anggaran DPRD Kota Arang Sawahlunto, Alfi Sukri kepada "Haluan", di sela-sela kesibukkannya, Selasa (21/11).
Menurut Alfi, pemerintah harus meningkatkan dan memberdayakan perusahaan daerah dalam menggenjot pendapatan. Sehingga penambahan APBD tidak hanya mengharapkan dana alokasi dari pusat, tetapi dari hasil pendapatan asli. Secara umum, PAD Kota Sawahlunto mengalami penurunan dari Rp15,162 menjadi Rp14,747 miliar pada 2007 mendatang.
Sementara itu, lanjut anggota Komisi C Bidang Sarana dan Prasarana, di lain sisi pengajuan draf KUA mengalami keterlambatan penyampaian oleh Walikota selaku kepala daerah. Dimana dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 86 mengamanahkan penyampaian KUA oleh kepala daerah kepada dewan, paling lambat bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RPABD tahun berikutnya.
"Penyampaian KUA mengalami keterlambatan beberapa bulan. Tapi, kita akan tetap berusaha untuk membahas dengan sesegera mungkin. Sehingga tidak terlambat ke tangan rakyat," ujar Putra asli Talawi itu.
Menanggapi hal itu, Wakil Walikota Sawahlunto, Fauzi Hasan, mengatakan keterlambatan disebabkan penyusunan APBD yang harus dibarengi dengan indikator-indikator berbasis kinerja. Hal itu untuk mengatasi terjadinya proyek-proyek yang tidak tentu arah.
"Artinya segala program yang akan dilaksanakan harus memiliki indokator yang kuat serta dapat diukur," ujarnya.***

Cegah Tetanus Kota Arang

Cegah Tetanus Kota Arang
MENGATASI infeksi tetanus terhadap calon ibu rumah tangga, seluruh siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat di Kota Sawahlunto, diberikan suntik imunisasi anti tetanus (TT). Jika imunisasi TT dilakukan berturut-turut sebanyak lima kali, akan bermanfaat menumbuhkan kekebalan sempurna bagi para ibu dalam jangka waktu 25 tahun ke depan.
Namun, kesadaran dari calon para ibu terkesan masih rendah. Bahkan ada yang menolak dan lari ketika akan disuntik imunisasi. "Takuik awak Buk, ndak talok mancaliak jarum do,", ujar Wid, siswi kelas XII SMA 2 Sawahlunto, menutup wajahnya ketika disuntik para dokter dari Pukesmas Talawi Kota Sawahlunto, Kamis (23/11).
Lain Wid, lain pula dengan Desi, siswi sekolah yang sama justru menolak dan lari bersembunyi ketika giliran kelasnya yang diimunisasi. Tetapi berkat penjelasan dari para guru, seluruh siswi di SMA N 2 Sawahlunto dapat diimunisasi.
"Harapan kita seluruh siswi SMA sederajat dapat menerima dan melaksanakan imunisasi TT ini. Sebab, sangat perlu bagi calon ibu untuk menjaga kesehatannya ketika berkeluarga nanti," ujar seorang dokter, sambil melakukan suntik imunisasi kepada siswi.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto, dr.Indra,MPPM kepada "Haluan", mengatakan, imunisasi TT diberikan kepada seluruh siswi sekolah menengah atas, dengan tujuan memberikan kekebalan kepada para calon ibu yang akan melahirkan nantinya. Sebab, dengan imunisasi TT akan memberikan kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu dan melindungi bayi yang akan dilahirkan.
Tetapi, lanjut Indra, pelaksanaan program nasional imunisasi TT yang telah dilaksanakan semenjak tahun 2003 silam hanya akan memberikan kekebalan sempurna, jika imunisasi TT dilaksanakan secara berturut-turut sebanyak lima kali, dengan masa satu kali dalam setahun.
Selain itu, program imunisasi TT juga dapat dinikmati masyarakat umum secara gratis, dengan cara datang ke puskesmas terdekat dan meminta untuk imunisasi. "Untuk imunisasi TT akan diberikan secara gratis. Mungkin masyarakat hanya membayar administrasi kunjungan saja atau biaya karcis," tambahnya.***

Keluh Kesah Peternak Ayam Kota Arang

Keluh Kesah Peternak Ayam Kota Arang
PETERNAK ayam petelur di Desa Kumbayau keluhkan rendahnya harga telur, sedangkan harga pakan ayam kian melambung. Akibatnya, banyak peternak yang hanya sekedar mempertahankan peternakan tanpa mengharapkan keuntungan mau pun menambah jumlah ternaknya.
"Harago talua jauh bana manurunnyo pak. Sabalum puaso lai sampai salapan ratuih (Rp800) ciek. Kini hanyo limo ratuih limo puluah (Rp550). Sadangkan makanan ayam taruih naik haragonyo," ujar Nurhasnah (34) ketika ditemui "Haluan" di lokasi peternakannya.
Dengan kondisi harga telur yang berbanding terbalik dengan harga pakan, Ibu tiga anak itu saat ini hanya mampu memelihara 150 ekor ayam petelurnya. Angka itu jauh dari jumlah ayam yang dipeliharanya dua tahun silam. "Ndak talok banyak-banyak bana do pak. Untuk nan 150 ekor iko sajo dalam sabulan mambutuhkan 100 kilogram pakan. Lah payah bana Untungnyo pak," ujarnya.
Tidak berbeda dengan Nurhasnah, warga Desa Tigo Tumpuk Kecamatan Talawi Sawahlunto, Martalena (39) yang mengeluhkan semakin turunnya harga telur ayam. Menurutnya, peternak hanya menikmati keuntungan yang sangat-sangat tipis dengan kondisi harga telur saat ini.
"Sangat-sangat tipis, itu jika harga telur berada pada posisi Rp600 per butir. Tapi, Jika hanya Rp550, keuntungan yang diperoleh sudah tidak ada. Tetapi, kami akan mencoba tetap bertahan hingga harga telur kembali meningkat dan memberikan keuntungan bagi kami," ujar Martalena yang mengaku telah bergelut dengan ayam petelur semenjak lima belas tahun lampau.
Kekhawatiran saat ini, menurut kedua peternak ayam itu, akan semakin kuatnya isu flu burung yang menggelindingnya. Meski yang diketahui peternak hanyalah penyakit 'akuak' atau penyakit demam yang terjadi pada ayam. Tetapi, kekhawatiran akan isu flu burung juga membuat peternak sedikit merinding.
"Selain penyakit, kami khawatir masyarakat selaku konsumen tidak mau lagi mengkonsumsi telur ayam. Akibatnya, tentu saja harga telur akan merosot," ujar Nurhasnah, yang mengaku mulai mengalihkan usahanya ke pertanian coklat yang diprogramkan Walikota Sawahlunto, Amran Nur.***

HUT II Kota Arang ke 118

HUT II Kota Arang ke 118
Tepat 1 Desember 118 tahun lalu, sesuai dengan keputusan yang dikeluarkan pemerintahan Hindia Belanda tentang batas-batas ibukota di Sumatera Barat, dan dikukuhkan dengan dalam Perda Nomor 9 2004 yang menetapkan 1 Desember 1888 sebagai hari jadi Kota Sawahlunto.
Masyarakat 'Kota Arang', tentu sangat berbangga menunggu detik-detik hari jadi daerah dan tanah kelahirannya. Meski baru diperingati untuk kedua kalinya, peringatan hari jadi daerah yang pada zaman pemerintahan kolonial Belanda disebut sebagai Loento Kloof atau Lembah Lunto, telah menjadi tertanam dalam benak masyarakat.
Peringatan hari jadi ke 118 ini tampaknya akan terasa sangat hikmat. Walau telah diawali beberapa kegiatan semenjak Selasa (28/11) lalu, secara resmi peringatan akan dibuka pada hari ini dengan Sidang Istimewa DPRD Kota Sawahlunto, yang akan dihadiri seluruh stakeholder pemerintah dan komponen masyarakat.
Setelah Sidang Istimewa, tidak jauh dari gedung dewan atau tepatnya di Gedung Pusat Kebudayaan, sebagai bukti kebanggaan masyarakat akan tampil iringan rombongan Ninik Mamak dan Bundo Kanduang dari 10 nagari yang ada, dengan membawa dulang. Tidak ketinggalan dengan ninik mamak dari nagari, dalam kegiatan yang akrab dengan sebutan Makan Bajamba itu juga dihadiri paguyuban dan seluruh etnis yang ada di Kota Sawahlunto.
Selain masyarakat dan pemerintah, peringatan HUT Sawahlunto 118 yang akan dibuka Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI. Sebagai daerah yang memiliki visi Kota Wisata Tambang yang Berbudaya 2020 Sawahlunto pariwisata akan terus ditingkatkan.
"Direncanakan pengalungan bunga kepada Bapak Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI oleh gajah yang kita datangkan untuk Resort Wisata Kandi," tutur Walikota Sawahlunto, Ir.H Amran Nur.
Hal itu, tentu menunjukan keseriusan pemerintah Sawahlunto dalam mencapai perwujudan visi Kota Wisata Tambang yang Berbudaya. Selain adanya Resort Wisata Kandi yang lengkap dengan danau dan kebun binatang, serta lapangan pacuan kuda, di sudut Selatan Kota Arang, tepatnya di Kecamatan Muara Kelaban akan diresmikan Water Boom, yang telah digenjot pembangunannya.
Menurut Amran Nur, semua fasilitas dan sarana prasarana yang dibangun ditujukan untuk memacu perkembangan pariwisata Kota Sawahlunto. Sebab, potensi hasil alam, berupa batubara yang selama ini menjadi produk unggulan Sawahlunto telah semakin menipis, dan sulit untuk diharapkan. Luasnya bekas lahan tambang dapat menjadi suatu objek wisata yang dapat meningkatkan sumber ekonomi masyarakat, selain dari sektor pertanian yang terus ditingkatkan.
Pariwisata terus ditingkatkan, lahan pertanian tidak dibiarkan kosong. Masyarakat yang memiliki lahan diberikan bantuan berbagai macam bibit, mulai dari kakao, karet, jati dan disertai dengan pupuk. Kedua sektor pariwisata dan pertanian tampaknya akan menggantikan ketergantungan Kota Sawahlunto dari hasil tambang batubara.
Kembali ke peringatan HUT 118 Kota Sawahlunto, kekayaan budaya dan adat masyarakat akan ditampilkan dalam peringatan ini. Mulai dari kesenian silat tradisional, penampilan wayang kulit oleh etnis jawa, pertunjukan kuda kepang, penampilan Barongsai, hingga pameran kepurbakalaan.
Super komplit kelihatannya peringatan HUT Sawahlunto yang diperingati untuk keduakalinya ini. Selain adat budaya, di bidang olah raga juga dilaksanakan kejuaraan nasional Bridge, serta kejuaraan volly antar kecamatan dan desa se-Sawahlunto.
"Pemerintah Sawahlunto sangat serius dalam memajukan pariwisata. Tinggal bagaimana masyarakat memanfaatkan dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi para wisatawan yang datang. Sebab, pelayanan merupakan faktor utama yang sangat menentukan dalam sektor kepariwisataan," ujar Ketua MUI Sawahlunto, H.Zainal Arifin, Dt Rangkayo Tangah bersama Ketua LKAAM Sawahlunto Drs.Adi Muaris Khatib Kayo.
Perpaduan antara pariwisata, agama, adat, dan budaya, menurut Zainal Arifin dan Adi, akan membentuk pariwisata khas Sawahlunto, dan mungkin satu-satunya di dunia.***

Pasar Tertentu Untuk Wisata Tambang

Pasar Tertentu Untuk Wisata Tambang
MENTERI Kebudayaan dan Pariwisata RI, Jero Wacik menilai wisata tambang berbudaya di Kota Sawahlunto merupakan wisata khusus, yang harus dicarikan pasar wisatawannya yang memiliki minat khusus dalam hal wisata tambang. Sebab, menurutnya, tidak semua wisatawan mau berwisata ke daerah tambang maupun bekas tambang.
"Secara infrastruktur dan sarana serta prasarana, Sawahlunto telah memiliki fasilitas yang lengkap. Tetapi, wisata tambang merupakan wisata yang khusus dan memiliki kekhasan," tutur Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI, Jero Wacik, ketika mengunjungi objek wisata Lubang Cemara di Kota Sawahlunto, Jumat (1/12).
Menurut Jero Wacik, pihaknya bersama dengan Pemko Sawahlunto akan berusaha mencari dimana banyak wisatawan yang menggemari dan senang akan masalah tambang atau pun bekas tambang. Sehingga, wisata tambang Sawahlunto memiliki konsumen. Jika, tentu wisata tambang Sawahlunto hanya menjadi konsumsi wisatawan lokal.
Meski demikian, Jero Wacik yang mengacu teman dekat Walikota Sawahlunto H.Ir. Amran Nur semasa kuliah di Bandung, optimis wisata tambang yang berbudaya di Kota Arang akan maju jika didukung masyarakat secara penuh. Dalam artian, dukungan akan keamanan dan pelayanan terhadap para wisatawan yang ada.
Rasa aman, ujar Jero Wacik, merupakan modal yang paling penting dalam mengembangkan sektor pariwisata. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia menurun akan rasa aman yang dinilai kurang. Sebab, wisatawan datang untuk bersenang-senang, setelah lama sibuk dalam melakoni kehidupan.

WATER BOOM PERDANA DI SUMATERA
Walau menurut Jero Wacik, wisata tambang Sawahlunto merupakan wisata khusus, tetapi pemerintah Sawahlunto tidak hanya terpatok kepada wisata tambang, tetapi juga dilengkapi dengan taman safari kebun binatang, objek wisata Danau Kandi, hingga pembangunan Water Boom yang saat ini merupakan water boom perdana di Pulau Sumatera.
Water Boom sendiri secara resmi dibuka langsung oleh Jero Wacik dengan penandatanganan prasasti, yang dilakukan dalam kegiatan makan bajamba yang diikuti 16.123 orang. Selain water boom, juga diresmikan dua prasasti lainnya yakni, prasasti Resort Wisata Kandi dan Prasasti Gedung Pertemuan Masyarakat.

MAKAN BAJAMBA UKIR SEJARAH MUSEUM REKOR DUNIA
Begitu besarnya dukungan dan partisipasi masyarakat, memperingati HUT 118 Kota Sawahlunto, 16.123 orang masyarakat datang dari 10 nagari, paguyuban, datang membanjiri jalan di pusat Kota Sawahlunto. Tak ayal, makan bajamba yang menjadi ciri khas HUT Sawahlunto masuk dalam Museum Rekor Dunia, dengan kategori makan bajamba dengan peserta terbanyak.
"Makan bajamba merupakan budaya minangkabau yang harus dikembangkan seiiring dengan mengembangkan wisata tambang yang berbudaya. Budaya merupakan faktor yang dapat mendukung pariwisata," ujar Walikota Sawahlunto, Ir.H. Amran Nur, usai makan bajamba.
Makan bajamba, lanjutnya, akan terus dilaksanakan setiap tahun dalam memperingati hari jadi Kota Sawahlunto. Amran Nur mengatakan makan bajamba yang dilaksanakan berasal dari masyarakat sendiri dan dinikmati oleh masyarakat.
"Secara khusus, makan bajamba memberikan arti dan menumbuhkan rasa, bahwa manusia memiliki kesejajaran. Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Dengan tujuan adanya pendekatan dan mempererat tali silaturrahmi antar masyarakat," tambahnya.

JERO WACIK DIKALUNGI BUNGA OLEH GAJAH
Usai menikmati makan bajamba, mengunjungi Gudang Ransum, objek wisata Lubang Cemara, Jero Wacik melanjutkan perjalan ke resort wisata Kandi. Seperti yangdirencanakan, Jero Wacik mendapat suguhan atraksi gajah, dan dikalungi bunga oleh gajah yang telah terlatih.
Dalam acara di hari yang sangat bersejarah itu, selain dihadiri pejabat saat ini, mulai dari Walikota Ir.H.Amran Nur, Wakil Walikota Fauzi Hasan, Ketua DPRD Erizal Ridwan,ST, Sekdako Zohirin Sayuti,SE dan seluruh jajarannya, juga dihadiri para tokoh dan mantan petinggi di Kota Arang. Terlihat Walikota Solok Syamsu Rahim yang pernah menduduki jabatan ketua legislatif, Wakil Walikota Bukittinggi Ismet Amziz, mantan Walikota Sawahlunto SubariSukardi, dan tokoh-tokoh Sawahlunto dari berbagai kota di perantauan.***

Sekali_kali Dari, Untuk, dan Oleh Petani

Sekali-kali Dari, Untuk, dan Oleh Petani


BERBEKAL berpengalaman sebagai pengecer pupuk bersubsidi, Koperasi Tani (Koptan) Saiyo Kolok Kota Sawahlunto berharap ditunjuk dan dipercayakan pemerintah menjadi distributor pupuk bersubsidi untuk kawasan pertanian Kota Arang. Harapan itu muncul, sebab Koptan Saiyo merupakan koperasi yang terbentuk dari kumpulan para petani sendiri.
"Kita menilai sangat pantas, jika distribusi pupuk bersubsidi langsung dikelola oleh koperasi petani. Sebab, ketepatan sasaran dan tujuan pupuk yang disubsidi pemerintah untuk petani memang benar-benar terjamin," ujar Ketua Koptan Zainal Asri, ketika ditemui "Haluan", di sela-sela kesibukkannya.
Bapak dua anak itu mengemukakan, koperasi yang dipimpinnya telah dua tahun atau enam kali musim tanam menduduki posisi sebagai salah satu pengecer pupuk bersubsidi, dan itu telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Pemko Sawahlunto, yang hanya dua kali musim tanam.
"Pemko hanya memberikan syarat dua kali musim tanam. Sedangkan Koptan telah enam kali musim tanam. Alangkah lebih baiknya, jika penyaluran pupuk bersubsidi kepada petani dikelola langsung koperasi tani. Sebab, distributor tentu mengharapkan keuntungan. Apa salahnya, jika uang yang dikeluarkan petani, sekali-kali keuntungannya juga dinikmati petani. Dengan pengertian dari petani, oleh petani, dan untuk petani," ujar Zainal.
Harapan Ketua Koptan Saiyo itu, sangat sama dengan apa yang diutarakan Ketua Komisi II Bidang Perekonomian DPRD Sumbar, Taslim, beberapa waktu lalu yang menyarankan agar distribusi pupuk bersubsidi hendaknya melibatkan petani atau kelompok tani. Sehingga keterjaminan sampainya pupuk bersubsidi ke tangan petani dapat terealisasi, tidak ada lagi penyelewengan dan permainan terhadap hak-hak petani oleh oknum.
"Petani sangat perlu dan harus dilibatkan dalam pendistribusian pupuk. Sebab, tujuan subsidi adalah untuk meringankan beban petani dalam menyelenggarakan kegiatan yang mereka lakukan. Tidak ada salahnya, penyalurannya langsung dikelola para petani, toh tujuan akhirnya adalah mereka," ujar Taslim.
Koptan Saiyo sendiri merupakan koperasi yang lahir dengan cikal-bakal awalnya dari kelompok tani karet yang berdiri semenjak tahun 1998 silam, yang bibitnya dibantu Pemko Sawahlunto . Usai membuka lahan karet, dengan bekal iuran anggota Koptan mulai merambah ke bidang simpan pinjam. Melihat semangat yang ada, Pemko Kota Arang mengucurkan bantuan Rp.100 juta untuk digulirkan kepada anggota dan masyarakat yang membutuhkan.
Memasuki tahun 2002, terang Zainal yang didampingi anggotanya Rabain (56), Koptan dengan anggota yang juga merupakan petani padi mulai membantu anggotanya dengan menyediakan pupuk. Berbekal pengalaman itu, di tahun 2003 hingga saat pemerintah memberikan kepercayaan kepada Koptan sebagai pengecer.
"Harapan kita, jika Koptan Saiyo dipercayakan sebagai distributor, secara langsung pemerintah membantu perkembangan koperasi tani," tambah Zainal.***

Kesenjangan Gaji Pegawai Kota Arang

Kesenjangan Gaji Pegawai Kota Arang
DI TENGAH maraknya pemberitaan tentang kenaikan gaji pegawai negeri sipil, akan berlipatnya pendapatan guru, serta berbagai tunjangan yang akan diberikan negara kepada para abdinya. Tanpa maksud untuk cemburu atau merasa iri, tenaga honor dari dana komite sekolah hanya bisa menatap sendu semua keriangan dan kegembiraan yang hadir diraut wajah para pegawai negeri sipil.
Betapa tidak, Ica (25), Epa (27) dan Reni (25), tenaga administrasi di SMA N 2 Sawahlunto dengan berstatus sebagai pegawai honor komite sekolah para tenaga administrasi itu hanya mendapatkan gaji Rp200 ribu hingga Rp300 ribu setiap bulannya. Pada hal, kehadirannya sebagai tenaga administrasi memiliki peran penting dalam kelangsungan sekolah.
Ketiga wanita tersebut boleh dikatakan sebagai ujung tombak dalam pengurusan berbagai urusan terkait administrasi sekolah. Namun, imbalan yang mereka dapatkan boleh dikatakan tidak sebanding dengan apa yang telah mereka berikan.
Jangankan untuk mimpi mendapatkan gaji yang sesuai dengan orang yang mereka urusi. Untuk mendapatkan imbalan sesuai dengan upah minimal provinsi pun masih terkesan bagaikan mimpi. "Ya dicukup-cukupkan saja. Asal bersyukur, mungkin Tuhan akan berikan rezki dari pintu yang lain," ujar Reni yang berharap statusnya dapat berubah menjadi pegawai kontrak pemda.
Ica, Epa dan Reni rata-rata telah menggeluti pekerjaan sebagai tenaga administrasi sekolah semenjak 4 tahun hingga 6 tahun lampau. Mereka sangat berharap pemerintah dapat memberikan perhatian, tentu dengan angan-angan agar pendapatan dan imbalan yang mereka dapatkan sesuai dengan kondisi ekonomi saat ini.
Selain ketiga wanita tadi, ternyata masih banyak tenaga honor administrasi sekolah yang digaji melalui dana komite sekolah, dengan imbalan yang masih sangat jauh dari rata-rata upah minimum provinsi maupun upah minimum regional. Bahkan, ada tenaga administrasi sekolah di salah satu sekolah di Kota Arang telah memiliki masa honor mencapai 23 tahun.
Tentu, waktu 23 tahun suatu masa pengabdian yang cukup panjang. Bayangkan saja, seorang PNS bisa mengajukan pensiun setelah memiliki masa kerja 20 tahun hingga 30 tahun. Sementara, ada honorer dana komite yang telah mencapai 23 tahun.
Kepala TU SMAN 2 Sawahlunto, Afwan mengakui begitu rendahnya imbalan yang diberikan kepada tenaga administrasi sekolah, dengan alasan kemampuan dana komite yang juga rendah. "Memang imbalan yang diberikan masih sangat kecil, tapi memang begitulah kondisi dan kemampuan sekolah. Tetapi, sekolah sangat butuh para tenaga administrasi itu," ujar Afwan.***

Kelangkaan Kayu di Kota Arang

PEMBANGUNAN infrastruktur Kota Sawahlunto mulai hadapi kendala kekurangan bahan baku kayu, akibat kelangkaan kayu dalam dua bulan terakhir. Meski demikian, realisasi pembangunan infrastruktur Kota Arang 2006 telah mencapai angka 85 persen, diperkirakan menjelang tutup tahun target yang diharapkan tercapai 100 persen.
Mengatasi kelangkaan bahan baku kayu yang merupakan salah satu bahan pokok dalam pembangunan, pemerintah Kota Kuali mengirimkan surat rekomendasi kepada pihak terkait di tingkat provinsi dan daerah tetangga untuk dapat menutupi kebutuhan yang ada, sehingga pembangunan infrastruktur yang diharapkan dapat terealisasi sesuai dengan rencana awal.
"Hampir seluruh stok kayu di pusat-pusat penjualan bahan bangunan di Kota Sawahlunto habis. Hal itu diakibatkan terputusnya pasokan kayu dalam dua bulan terakhir," ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Sawahlunto, Ir. H. Syafaruddin, kepada "Haluan", di sela-sela kesibukkannya.
Jika kelangkaan bahan bangunan kayu terus menggelinding hingga tahun 2007 mendatang diperkirakan akan dapat mengganggu proses pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur Kota Sawahlunto, yang tengah gencar-gencarnya membangun berbagai fasilitas pariwisata dan sarana umum mastarakat.
Saat ini, kata Syafaruddin, pihaknya juga tengah mengalami hambatan akan bahan kayu dalam pembangunan rumah bagi masyarakat miskin yang berjumlah 150 unit. "Kita sedikit khawatir akan hal ini. Jika kelangkaan kayu terus berkelanjutan, tentu akan berakibat terhambatnya roda pembangunan. Jelas hal itu tidak kita inginkan. Kita berharap, kabupaten dan kota daerah tetangga yang memiliki kayu, mau berbagi dengan kita," ujar Syafaruddin yang didampingi Kasubag Pelaporan dan Evaluasi Program Dinas PU Sawahlunto, Fitri.
Selain kayu, bahan bangunan keramik dan ubin juga mulai langka ditemui dipasaran. Sedangkan untuk bahan baku pasir, Fitri mengakui pihaknya harus berburu ke Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. Sebab, kualitas pasir di Kota Arang memiliki mutu sedikit rendah.
Sementara itu, Dedi (38), pemilik toko bahan bangunan di Kota Sawahlunto mengakui kesulitan untuk mendapatkan bahan bangunan berupa kayu dan keramik, sebab tidak adanya pasokan dari pihak yang selama ini memberikannya kayu.
Untuk keramik sendiri, ia mengakui, terkendala banyaknya pemanfaatan untuk pembangunan sekolah yang dibantu oleh pemerintah pusat. Sehingga, hampir seluruh keramik diborong habis, dan sulit sampai ke daerah.***

Abu Batubara Kota Arang Pun Jadi Uang

Abu Batubara Kota Arang Pun Jadi Uang
BATAKO berbahan baku abu bekas pembakaran batu bara PLTU Sijantang Kota Sawahlunto mulai dimanfaatkan masyarakat dan masuk pasaran. Pembangunan 150 unit rumah bagi masyarakat miskin Kota Sawahlunto memanfaatkan batako yang diperkirakan tahan terhadap panas api tersebut.
Berdasarkan studi dari pemanfaatan abu bekas pembakaran batu bara di PLTU Suralaya beberapa bulan silam, mulai menunjukan perkembangan. Beberapa masyarakat yang bermukim di sekitar PLTU Sijantang mulai melirik abu PLTU sebagai usaha baru dalam mencari pemasukan.
Sebut saja Rasyid (60), dengan modal yang pas-pasan mulai mendirikan pondakan tempat pengelolaan batako dari abu bekas batu bara. Selain Rasyid, Anto (35), dan Eri (37) juga melihat besarnya potensi yang dimiliki abu bekas batu bara sebagai lahan dan lapangan pekerjaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan.
Pembuatan batako berbahan abu bekas pembakaran batu bara memang terlihat sangat ekonomis. Bayangkan saja, dengan komposisi perbandingan 1 semen, 6 abu kasar, dan 6 abu halus. Untuk abu kasar dan abu halus masyarakat dapat mengambilnya dengan cuma-cuma.
Menurut Kabid Perindag Dinas Pertambangan Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Sawahlunto, Asrizal, SE, selain pemanfaatan untuk pembuatan batak, abu bekas pembakaran batu bara juga dimanfaatkan untuk pembuatan paving blog yang digunakan untuk jalan lingkungan kota.
Asrizal mengatakan pihaknya tengah mengusahakan pemasaran paving blog dan batako. Untuk dalam Kota Sawahlunto sendiri, produksi batako dari abu batu bara sudah mulai dimanfaatkan.
“Untuk perdana, batako berbahan baku abu batu bara, telah mulai kita manfaatkan untuk pembangunan 150 unit rumah bagi masyarakat miskin. Tahap awal, 20 ribu batako akan dimanfaatkan untuk pembangunan rumah gakin yang berada di Kayu Gadang itu,” ujar Asrizal.
Sedangkan untuk paving blog, lanjutnya, juga telah mendapatkan pesanan untuk jalan lingkungan kota pada tahun 2007 mendatang. Secara ekonomis, pemanfaatan abu bat bara sangat bernilai ekonomis. Selain membuka lahan dan lapangan pekerjaan baru, secara harga produk berbahan abu itu juga lebih rendah dari batako berbahan pasir dan kerikil.
Setidaknya, kata Asrizal yang mendirikan tempat usaha percontohan pemanfaatan limbah abu batu bara itu, dari segi harga untuk batako ada penghematan hingga 40 persen dari harga batako dengan bahan baku pasir dan lainnya. Sedangkan untuk paving blog, hemat hingga 30 persen dari harga paving blog dengan bahan lain.
Sementara itu, minat dari masyarakat untuk pemanfaatan abu batu bara juga datang dari Karang Taruna Lintas Malakutan Desa Kolok Mudik Kota Sawahlunto. Adrial (26) dan Juprinaldi (24), anggota Karang Taruna Lintas Malakutan mulai melakukan uji coba pembuatan batako dari abu PLTU itu. Namun, karena belum sempurna pola pengadukan dan pembuatannya, produk yang mereka buat secara otodidak itu belum dapat dilempar ke pasaran. “Kita mencoba melakukan sendiri tanpa bimbingan dari pihak dinas perindustrian. Namun belum begitu layak untuk dipasarkan, sehingga masih untuk komsumsi pribadi,” ujar Ad

Pengangguran dan Karang Taruna Kota Arang

Pengangguran dan Karang Taruna Kota Arang
PEMERINTAH harus menggandeng karang taruna dalam pemberantasan kemiskinan dan pengangguran guna mencapai masyarakat yang makmur dan sejahtera. Sebab, karang taruna merupakan kumpulan dari pemuda yang masih sangat produktif dan membutuhkan bimbingan serta pengayoman.
Diakui atau tidak, sebagian besar dari pengangguran berasal dari kalangan pemuda yang berada pada usia yang masih sangat potensial dan produktif. Artinya, jika ingin mensejahterakan masyarakat dan memberantas kemiskinan serta pengangguran, maka sejahteraan pemudalah yang menjadi jawaban dan tolak ukurnya.
“Sebagian besar penggangguran berasal dari pemuda, pengangguran akan bermuara kepada kemiskinan. Kemisikinan dan penggangguran akan berdampak kepada tingkat kejahatan dan kriminalitas,” ujar Ketua Fraksi Amanat Demokrat Keadilan DPRD Kota Sawahlunto, Andrio AN, kepada “Haluan”, di sela-sela kesibukkannya, Jumat (8/12).
Secara prinsip, untuk menanggulangi kemiskinan, kenakalan dan tindak kriminalitas pada masa yang akan datang, berada pada pengayoman pemuda yang ada pada saat ini. Jika pemuda sekarang telah menjadi penggangguran, maka akan menjadi tabungan untuk angka kemiskinan dalam beberapa tahun mendatang.
“Karang taruna adalah kantong-kantong pemuda yang perlu diselamatkan dari pengangguran, kemiskinan dan tindak kejahatan. Tetapi, sayangnya perhatian dari pemerintah masih sangat minim untuk hal yang satu ini,” tambahnya.
Menurut Andrio, pemerintah hanya memberikan anggaran yang sangat minim sekali, yakni sebesar Rp5,4 juta. Sedangkan, untuk pengembangan dan pengayoman karang taruna dibutuhkan anggaran yang lebih besar.
“Kita jangan hanya melihat kepada anggaran untuk bantuan kegiatan sosial yang dilakukan karang taruna semata. Tetapi, kita harus arahkan karang taruna membentuk unit-unit usaha produktif, bukan terpatok kepada usaha kegiatan sosial,” ujar anggota Komisi A yang berasal dari Partai Keadilan Sejahtera itu.
Senada dengan Andrio, Ketua DPRD Sawahlunto, Erizal Ridwan, ST, mengatakan pemerintah tidak harus menunggu bola dari karang taruna dengan berbagai kegiatan yang akan mereka laksanakan. Tetapi, juga jemput bola, dan mengayomi serta memfasilitasi para pemuda yang tergabung dalam karang taruna untuk berkembang.
“Pemuda itu aset yang sangat berharga bagi daerah. Tetapi, jika aset yang ada disia-siakan tentu akan berubah menjadi beban yang akan memberatkan perkembangan dan kemajuan daerah ke depan,” ujar Erizal.
Pemerintah dengan dinas terkait tentu sangat paham akan hal ini. Bagaimana harus mengembangkan dan memberdayakan wadah-wadah pemuda yang ada. Jangan sampai, pemuda kesusahan dalam mencari jalannya sendiri.
Ada banyak kegiatan dan peluang usaha yang dapat diberdayakan kepada para pemuda. Mulai dari pengembangan usaha yang bersifat teknik, misalnya perbengkelan, jahit-menjahit, pemanfataan abu bekas batu bara, hingga kepada usaha perdagangan.Sementara itu, Ketua Karang Taruna Lintas Malakutan Desa Kolok Mudik Kota Sawahlunto, Amril mengaku, organisasinya masih sangat kekurangan akan bimbingan dari pemerintah. “Kehidupan organisasi berjalan dengan kekuatan dan motivasi dari para anggota. Terakhir, ada anggota yang menginginkan pendirian usaha pemanfaatan limbah abu PLTU Sijantang, tetapi belum berhasil dan bermanfaat dengan baik. Sebab, kami belajar dengan otodidak,” ujar Amril.

PGRI Kota Arang

PGRI Kota Arang
GUNA meningkatkan kualitas pembelajaran serta mutu lulusan menjadi lebih baik, SMA PGRI Kota Sawahlunto masih membutuhkan penambahan fasilitas dan sarana prasarana pendukung. Bayangkan saja, saat ini untuk perpustaan, komputer, dan UKS diramu dalam satu ruangan saja.
Pada hal, untuk mentransfer materi pembelajaran dengan baik dibutuhkan kondisi lingkungan yang benar-benar memadai. Diakui atau tidak, lingkungan dan ruang kelas tempat belajar sangat mempengaruhi proses pembelajaran, dalam mencapai tujuan pendidikan.
Sekolah yang memiliki visi menjadi sekolah yang berkualitas di bidang akademik dan ekstrakurikuler berlandaskan iman dan taqwa itu, saat ini telah memiliki 25 unit komputer semenjak 6 bulan silam. Namun, karena keterbatasan ruang dan kelas, komputer yang seharusnya berada dalam satu ruang labor yang dilengkapi AC tersebut agar terawat, harus bercampur dulu dengan perpustakaan dan UKS.
Selain sarana dan prasarana, SMA PGRI yang merupakan sekolah swasta di Kota Arang sendiri juga mengalami kendala dari segi pendanaan. “Saat ini kita harus memanfaatkan dana SPP dan pembangunan untuk biaya operasional sekolah, terutama untuk pembiayaan honor pada guru,” tutur Kepala Sekolah SMA PGRI Sawahlunto, Firman, kepada “Haluan”, di sela-sela kesibukkannya.
Menurut Firman, pihaknya harus memanfaatkan dana SPP dan uang pembangunan untuk operasional sekolah demi kelangsungan pendidikan yang mereka lakukan. Memang, katanya, secara umum pembangunan tidak hanya berupa fisik, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk non fisik.
Perhatian Pemko Sawahlunto sendiri, lanjutnya, sudah sangat maksimal. Mulai dari pembangunan ruang labor IPA yang telah dimanfaatkan, serta rencana pada 2007 akan adanya pembangunan gedung perpustakaan.
“Kita sangat berterima kasih kepada Pemko Sawahlunto yang telah memberikan perhatian besar kepada sekolah ini. Namun masih ada sarana dan prasarana pendukung yang perlu dilengkapi,” ujar pria yang berpostur tubuh tinggi itu.
Di sisi lain, katanya, SMA PGRI sendiri telah memiliki klasifikasi nilai A untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dan klasifikasi B untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada Ujian Nasional. Sedangkan mata pelajaran ekonomi masih tertinggal dengan klasifikasi nilai C.“Untuk Bahasa Indonesia dan ekonomi kita memang sedikit tertinggal dan akan terus digenjot, sehingga dapat sama dengan mata pelajaran Bahasa Inggris,” ujar Firman

Historis PGAN 6 Tahun Kolok

HISTORIS PGA N 6 TAHUN KOLOK KOTA ARANG

DULU mengecap pendidikan di bangku sekolah Pendidikan Guru Agama yang disebut PGA, merupakan suatu hal yang sangat membanggakan. Bahkan, boleh dikatakan setara dengan kebanggaan orang tua yang melihat anaknya kuliah di masa kini. Mungkin di hati para guru agama yang saat ini telah menginjak usia 50-an, PGA boleh dikatakan suatu kata yang tidak asing lagi.
Keberadaan guru-guru agama saat ini, bisa dikatakan tidak lepas dari peran dan kehadiran PGA di masa silam. Sedikit goresan sejarah berdirinya PGA di Kota Sawahlunto, tepatnya di Nagari Kolok yang banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan pendidikan agama di Kota Sawahlunto dan daerah tetangga.
Berdirinya sekolah PGAN di Nagari Kolok Sawahlunto, merupakan rentetan dan lanjutan perkembangan pendidikan agama dan keagamaan di Nagari Kolok, dengan melalui lima waktu pertukaran zaman, baik pemerintahan mau pun penjajahan.
Sekitar tahun 30-an, pendidikan agama di Nagari Kolok berjalan dari surau-surau secara tardisional dengan halaqah-halaqah dan zawiyah-zawiyah yang disebut dengan mengaji kitab. Setelah adanya pembaharuan pendidikan agama di Minangkabau dengan berdirinya Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Beberapa anak nagari Kolok pun menuntut ilmu pendidikan agama ke Sumatera Thawalib di Kota Serambi itu. Tepatnya, Agus Salim Karimudo, anak nagari Kolok itu mendapatkan title diplomanya di sana.
Sepulangnya, timbullah hasrat untuk mendirikan sekolah agama dan diusahakan pembangunan gedungnya pada tahun 1936. Berselang satu tahun, sekolah agama pun berdiri dengan nama Madrasah Durusul Islamiah, yang menganut sistem pengajaran sesuai dengan Sumatera Thawalib Padang Panjang, dengan pimpinan Agus Salim Karimudo.
Enam tahun berjalan, tepatnya 1942 tentara Jepang sampai ke Sumatera Barat. Walau zaman pendudukan Jepang membawa penderitaan pahit bagi masyarakat Minangkabau, tidak membuat perjalanan madrasah terhenti, bahkan mampu menamatkan muridnya untuk pertama kali. Akan tetapi, begitu gigihnya Agus Salim Karimudo dalam berjuang, pimpinan madrasah pun diserahkan kepada M.Zen Siman Pandito Kayo. Meski berjalan, pendidikan agama di sekolah cikal bakal PGA itu harus disesuaikan dengan suhu udara pemerintahan Jepang, dan nama sekolah pun diubah menjadi Madrasah Islamiah Nagari Kolok yang berjalan hingga tahun 1948.
Kekalahan Jepang oleh sekutu pada tahun 1948, membuat Belanda kembali melancarkan agresi ke II ke Indonesia. Dalam masa genting saat itu, seluruh penduduk Nagari Kolok harus mengungsikan diri ke hutan-hutan, dan rumah sedikitnya 400 unit pun dibumihanguskan oleh tentara Belanda.
Tak pelak, kondisi tersebut membuat Madrasah Islamiyah bersama sekolah-sekolah lainnya di Kota Sawahlunto harus ditutup sementara. Akan tetapi, di pengungsian yang agak tetap, madrasah kembali dibuka secara darurat.
Memasuki zaman pemulihan di awal 1950-an, seluruh pengungsi kembali ke kampung di mana rumah-rumah yang sebagian besar telah rata dengan tanah, akibat aksi beringas tentara Belanda. Namun lain halnya dengan madrasah, bangunan yang dulunya digunakan luput dari keganasan kolonial Belanda itu. Awal tahun 1951, Madrasah Islamiyah kembali aktif dengan pimpinan kembali di tangan Agus Salim Karimudo, besertakan murid yang menggembirakan hingga 1959. Kemajuan pun bertambah, Madrasah Islamiyah mendapat bantuan subsidi dan terdaftar pada Direc. Pendidikan Agama Kementerian Agama RI kala itu.
Akan tetapi, sejalan dengan dipanggilnya Agus Salim Karimudo oleh Sang Pencipta, serta adanya pergolakan PRRI. Agus Salim Karimudo sendiri juga sempat terancam jiwanya, meski pun tidak ikut serta, tetapi dicurigai karena maklum zaman itu dikuasai PKI. Akhirnya, dilengkapi dengan kurangnya kemampuan untuk meneruskan sekolah, dan ditutup hingga 1962.
Di tahun 1963, Madrasah Islamiyah kembali dibuka. Sesuai dengan rencana pemaharuan pendidikan agama kala itu, maka atas anjuran Kepala Inspeksi Pendidikan Agama Kabupaten Sawahlunto Sijunjung M.Zen Hakim, madrasah pun bertukar nama menjadi Pendidikan Guru Agama Swasta 4 Tahun Nagari Kolok dengan mengikuti kurikulum PGA Negeri, dan disahkan pada 16 Maret 1964.
Mendapat dorongan dan sambutan masyarakat yang sangat baik, PGA Swasta berusaha merubah status swasta menjadi negeri. Berselang empat tahun, pada 8 Juli 1968 PGA swasta telah berubah menjadi PGA Negeri 4 Tahun, dengan SK Menteri Agama RI No.72 Tahun 1968.
Pesatnya pendidikan di PGAN 6 Tahun Kolok serta membludaknya murid yang datang dari berbagai daerah memberikan nilai tersendiri bagi sekolah pencetak guru agama itu. Memasuki 1970 PGAN 4 Tahun kembali ditingkatkan menjadi PGAN 6 Tahun oleh Kepala Jawatan Pendidikan Agama Sumatera Barat berdasarkan SK Menteri Agama RI No.141 Tahun 1969. PGAN 6 Tahun Kolok ternyata memberikan daya tarik bagi masyarakat daerah tetangga. Mulai dari Solok dengan Sulit Air, Paninjauan, Tanjung Balit serta X Koto Diatas, serta Kabupaten Tanah Datar dengan Padang Ganting, Saruaso, Tanjung Emas.
"PGAN dulu muridnya datang dari berbagai daerah, mulai dari Solok, Batusangkar, hingga Sijunjung. Boleh dikatakan PGAN 6 Tahun Kolok bagaikan kampus di masanya. Tapi kini hanya kenangan, mungkin hanya tersisip di hati para guru agama yang saat ini telah beranjak ke usia tua di Kota Sawahlunto ini," ujar Ketua KAN Kolok, Jasril Dt. Paduko Suanso.
Kejayaan PGAN 6 Tahun Kolok harus berakhir dengan keluarnya Keputusan Departemen Agama yang menghapus PGAN 6 Tahun. Dihapus, dan menjadi MTSN dan MAN semenjak ajaran 1978. Kedua sekolah tersebut dipimpin Zainal Arifin Dt. Rangkayo Tangah. Namun, pada tahun 1980, seiring dengan perkembangan dan MAN pun belum mendapat tempat di hati masyarakat, muridnya pun kian hari kian menciut. MAN pun direlokasi ke Muaro Labuah dalam sekejap. MTSN pun turut menerima imbas atas kepindahan sekolah lanjutannya itu.
Saat ini, gedung PGAN 6 Tahun Kolok telah dimanfaatkan masyarakat untuk Lembaga Pendidikan Swasta tingkat dasar yakni MDA, yang tetap berjalan hingga saat ini. ***

Korda ESQ 165 Kota Arang Dikukuhkan

Korda ESQ 165 Kota Arang Dikukuhkan
KOORDINATOR Wilayah ESQ 165 Sumbar H.Herman Nawas mengukuhkan Mustav Sjab selaku Ketua Korda Forum Komunikasi Alumni ESQ Kota Sawahlunto, di Aula PTBA, Senin (11/12) malam. Pembentukan korda forum komunikasi alumni ESQ Sawahlunto merupakan korda pertama untuk tingkatan kabupaten dan kota di Ranah Minang.
Beberapa tahun belakang, ESQ memang mulai memasyarakat di Ranah Minang. Training ini mengajarkan manusia untuk mengetahui kemana arah dan tujuan hidup manusia yang sebenarnya. Sebab diakui atau tidak tidak ada satu mahluk pun yang kekal di dunia ini.
Herman Nawas dalam acara tersebut mengatakan ESQ bertujuan untuk mengetahui asal dan tujuan, mau kemana langkah dan tujuan hidup insan manusia akan dilangkahkan. Jika setiap manusia telah mengetahui dari mana manusia berasal dan kemana tujuan yang akan ditempuh, Insya Allah semua insan manusia tidak akan lagi mementingkan harta benda, pangkat jabatan serta penghormatan.
Dalam acara yang dihadiri sedikitnya 600 orang itu, baik masyarakat umum maupun alumni ESQ sendiri, serta Trainer kondang yakni Legisan Tugimin itu, direncanakan dalam waktu dekat akan dilakukan in hause training untuk peduli pendidikan di Kota Sawahlunto.
"Kita rencanakan in hause training peduli pendidikan untuk yang pertama kali di Balai Diklat Tambang Bawah Tanah. Mengapa pendidikan, karena dunia pendidikan salah satu titik awal pembentukan dan pengembangan seorang anak manusia," ujar Wakil Sekretaris Korda ESQ Sawahlunto, Mayrizal, usai acara.
Sementara itu, selain mengukuhkan Korda Forum Komunikasi Alumni ESQ, Herman Nawas juga menyempatkan diri mengunjungi Walikota Sawahlunto, Ir.H. Amran Nur. Walikota Sawahlunto dalam waktu dekat dikabarkan akan mengikuti training ESQ di Kota Jakarta.
Dengan berdirinya forum komunikasi ESQ di Kota Arang, dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan perkembangan daerah ke arah yang lebih maju di masa yang akan datang. Setidaknya dapat membantu pemerintah dalam mengayomi masyarakatnya.

Tanya Nyali Pemerintah Kota Arang

Tanya Nyali Pemerintah Kota Arang
KETUA Fraksi Amanat Demokrat Keadilan DPRD Sawahlunto Andrio AN mempertanyakan keberanian dan tindakan tegas Pemko Sawahlunto dan Dinas Pekerjaan Umum, menyikapi pelaksanaan proyek-proyek fisik yang belum tuntas hingga akhir tahun anggaran 2006. Sebab, secara aturan massa anggaran berlaku dari 1 Januari hingga 31 Desember.
"Masih banyak proyek fisik yang belum tuntas pengerjaannya. Mulai dari pembangunan gedung bangsal bedah RSU, beberapa puskesmas pembantu, jembatan. Pemko dan dinas terkait harus melakukan tindakan tegas kepada kontraktor yang mengambil proyek," ujar Ketua Fraksi Gabungan Amanat Demokrat Keadilan, Andrio AN kepada "Haluan", di gedung wakil rakyat.
Menurut pria kelahiran 29 tahun silam itu, tidak ada alasan bagi kontraktor untuk mengatakan keterlambatan dalam mengerjakan proyek yang telah mereka menangkan sesuai dengan waktu dan nilai kontrak. Jika tidak sanggup, tentu Pemko atau dinas terkait memiliki hak untuk memutuskan kontrak dan menjatuhkan sangsi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pembayaran nilai kontrak, lanjut Andrio, dapat disesuaikan dengan bobot pekerjaan yang telah dilakukan. Sebab jika tidak dilakukan, justru akan menimbulkan masalah di belakang hari. Terkait masalah perawatan, masih kata Andrio, secara logika perawatan akan dilakukan setelah proyek selesai. Jika belum selesai, namanya pembangunan, bukan perawatan.
"Namun semuanya terpulang kepada keberanian pemerintah dan dinas terkait dalam menindak serta memberikan sangsi. Sebab, jika tidak selesai tahun ini pemerintah dapat memutuskan kontrak dan kembali melanjutkan pada tahun anggaran mendatang. Tentu sisa anggaran dari bobot pekerjaan harus masuk ke kas daerah terlebih dahulu," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Sawahlunto, Ir.Syafaruddin mengatakan pihak telah melakukan beberapa tindakan terhadap kontraktor yang tidak sesuai kontrak. Diantaranya, CV. Mutiara Hitam yang dijatuhkan sangsi pemutusan kontrak dalam proyek pembangunan jembatan Rantih dengan nilai kontrak Rp.525 juta, yang baru selesai 60 persen.
Kontraktor CV. Mutiara Hitam juga diwajibkan melakukan pengembalian uang muka dan jaminan pelaksanaan sebesar 10 persen dari total kontrak dalam bentuk asuransi yang disetor ke kas daerah.
"Kontraktor jembatan Rantih ini juga kita blaklis selama 2 tahun dari tender proyek-proyek yang akan dilakukan ke depan," ujar Syafaruddin.
Terkait dengan proyek fisik pembangunan bangsal bedah di RSU Sawahlunto, Syafaruddin mengaku pengerjaannya telah mencapai angka 85 persen. Namun, apakah dapat diselesaikan pada tahun 2006 atau tidak, semua tergantung kepada kontraktor. "Kita lihat perkambangannya dalam dua tiga hari ini. Jika tidak sanggup, proyek akan langsung distop dan dilanjutkan pada tahun 2007.(

Sanitasi Air Kota arang

Sanitasi Air Kota Arang
DINAS Kesehatan Kota Sawahlunto tawarkan program penyediaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat untuk 9 desa/kelurahan dari 37 desa/kelurahan di Kota Arang, seiring dengan semakin sulitnya mendapatkan air bersih yang layak minum saat ini.
Program yang direncanakan dilaksanakan awal tahun 2007 dengan anggaran Rp275 juta untuk satu desa/kelurahan itu, 70 persen dananya berasal dari APBN. Sedangnya sisanya 10 persen dari APBD Kota Sawahlunto, dan 20 persen dari swadaya masyarakat. Swadaya masyarakat terdiri dari 16 persen material dan tenaga, serta 4 persen berupa uang tunai.
"Air yang dikonsumsi masyarakat, baik dari pegunungan, perbukitan atau pun dari sumur, belum terjamin bebas dari bibit penyakit. Dengan program ini, diharapkan sumber-sumber air yang masyarakat miliki dapat dijaga dan dilindungi baik fisik maupun pengelolaannya," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto, dr.Indra,MPPM kepada "Haluan", di sela-sela kesibukkannya.
Beberapa daerah di Kota Arang memang mengalami kesulitan dalam mendapatkan air bersih layak konsumsi. Warga Bukit Gadang Kecamatan Talawi misalnya, telah belasan tahun kesulitan mendapatkan air bersih layak konsumsi dan pengairan lahan pertanian.
Selain masalah air bersih layak komsumsi, Bukit Gadang yang didiami sedikitnya 5.600 jiwa itu, juga kesulitan sumber air untuk mengolah lahan pertanian. Selama ini, warga mengolah lahan pertanian dengan mengharapkan air turun dari langit, alias tadah hujan.
Menurut Indra, bagi daerah yang tidak memiliki sumber air akan dibuatkan sumber air baru, mungkin berupa sumur bor, serta penyalurannya hingga ke tengah pemukiman masyarakat. Sehingga masyarakat tidak susah mendapatkan air bersih layak konsumsi.
Terkait dengan masalah swadaya masyarakat, kata pria yang selalu berkacamata itu, ditujukan agar masyarakat ikut berperan serta dalam melaksanakan pembangunan. Dengan sasaran target pemeiharaan, pengelolaan serta tanggung jawab masyarakat benar-benar ada dalam pembangunan.
Dalam sosialisasinya Dinas Kesehatan dengan Lurah dan Kepala Desa se Sawahlunto, secara umum seluruh kepala desa maupun lurah berminat untuk mendapatkan program tersebut. Namun, belum ada yang memutuskan untuk langsung mengusulkan diri.
"Program yang ditawarkan sangat baik. Tetapi, kami harus tanya dulu kepada masyarakat. Sebab, peran serta masyarakat dalam program sangat besar," ujar salah seorang kepala desa, usai sosialisasi.***

Ancang-Ancang Pilkada Kota Arang

Ancang-Ancang Pilkada Kota Arang
UNTUK pelaksanaan pemilihan kepala daerah, Kota Sawahlunto harus belajar dari pengalaman pelaksanaan Pilkada di daerah yang telah dilaksanakan sebelumnya. Belajar dan menjadikan guru pengalaman pilkada sukses dan tidak sukses merupakan langkah terbaik dalam mencapai pemilihan kepala daerah secara demokratis, aman, dan lancar.
"Menjadikan pelajaran dari pengalaman pelaksanaan pilkada dari kabupaten/kota lain, jelas akan memperingan pilkada yang akan dilaksanakan. Tidak ada salahnya menjadikan pelajaran pengalaman daerah untuk mendapatkan hasil yang terbaik," terang anggota KPUD Sumbar, Husni Kamil Manik,SP, mewakili KPU Provinsi Sumbar dalam Workshop Supervisi Persiapan dan Perencanaan Pilkada Berkualitas Kota Sawahlunto, di gedung dewan Kota Arang, Kamis (21/12).
Kabupaten Mentawai, kata Husni, dinilai sudah sangat berhasil dalam pelaksanaan pilkada. Namun, ketika timbulnya masalah dan kesulitan dalam tahapan atau fase pelaksanaan pilkada, mereka tidak tahu ke mana akan berkonsultasi. Sebab, seluruh masalah yang terjadi dalam harus diselesaikan KPUD yang bersangkutan. Sedangkan KPUD Provinsi sendiri bersifat memberikan pengarahan.
Sawahlunto termasuk daerah yang baik dalam menanggapi persiapan pelaksanaan Pilkada. Meski Pilkada baru akan dilaksanakan pada awal 2008 mendatang, tetapi sudah mulai ancang-ancang persiapan pelaksanaan Pilkada. Bisa dikatakan satu tahun persiapan Pilkada merupakan waktu yang cukup untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
"Suatu langkah yang bagus, untuk mempersiapkan tahapan dan fase pelaksanaan. Persiapan lebih awal akan lebih matang, tentu dengan harapan hasil pilkada yang terbaik. Sebab, pilkada akan menetapkan bagaimana calon peserta, penelusuran, hingga ke pengesahan calon dan sosialisasi kepada masyarakat," kata Sekdako Sawahlunto, Zohirin Sayuti,SE ketika membuka workshop secara resmi.
Ketua KPUD Sawahlunto, Syahril Stand,SH mengatakan pelaksanaan workshop ditujukan untuk menyatukan kesamaan pandangan seluruh komponen yang akan terlibat dalam pelaksaan pilkada Sawahlunto tahun 2008.
"Tujuan kita untuk sosialisasi dan mencari solusi dari permasalah-permasalahan yang bakal terjadi dalam pelaksanaan dalam setiap tahapan atau fase pilkada," kata Syahril.
Sementara itu, Sekretaris Komisi A Bidang Pemerintah dan Hukum DPRD Kota Arang, Hasjonni Sy, SE, mengatakan masih cukup banyak waktu bagi KPUD dalam mempersiapkan pilkada Sawahlunto 2008. Namun, hal yang harus dilaksanakan KPUD adalah manajemen dalam penetapan tahapan dan fase serta pelaksanaan tahapan dalam pilkada.
"Jika manajemen dalam penetapan tahapan dan fase tidak dilakukan dengan baik. Justru hal itu yang akan mengancam ketercapaian pilkada yang demokratis, aman dan lancar. Hal ini perlu menjadi catatan khusus bagi KPUD," tambah Hasjonni

Penghargaan Diujung Tahun Buat Kota Arang

Penghargaan Diujung Tahun Buat Kota Arang
Walikota Sawahlunto Ir.H. Amran Nur menerima penghargaan di Istana Negara Jakarta. Tidak tanggung-tanggung, orang nomor satu di Kota Arang ini akan memboyong dua penghargaan sekaligus yakni, penghargaan Citra Bhakti Abdi Negara dan Citra Pelayanan Prima.
Citra Bhakti Abdi Negara diberikan presiden atas peningkatan kualitas pelayanan publik atau peningkatan pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat. Sedangkan Citra Pelayanan Prima diberikan kepada Puskesmas Silungkang Kota Sawahlunto, sebagai unit kerja yang dinilai memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Sebelumnya, pada tahun 2004, penghargaan Citra Pelayanan Prima juga diterima Puskesmas Talawi.
"Saya mengucapkan ribuan terima kasih kepada masyarakat Sawahlunto, yang telah memberikan dukungan penuh terhadap program-program yang diselenggarakan pemerintah. Pemerintah tidak ada apa-apanya tanpa adanya dukungan dan peran serta dari masyarakat," ujar Walikota Sawahlunto, Amran Nur, sebelum berangkat ke Jakarta untuk menerima penghargaan.
Penghargaan yang diperoleh, lanjut Putra Talawi itu, merupakan untuk dan hak masyarakat Sawahlunto. Karena peran masyarakatlah penghargaan dapat diterima. Jadi penghargaan yang didapatkan merupakan penghargaan untuk masyarakat Kota Sawahlunto.
Meski telah mendapatkan berbagai penghargaan, Amran Nur mengharapkan masyarakat tidak puas begitu saja dan terlena atas keberhasilan yang telah diraih. Masyarakat tentunya, perlu terus memberikan dorongan dan meningkatkan peran serta dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Sebab, seluruh program yang dilaksanakan akan bermuara kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat sendiri.
Artinya di penghujung tutup tahun 2006, Kota Sawahlunto telah menerima empat penghargaan. Seminggu sebelumnya, tepatnya 15 Desember 2006 lalu, Sawahluto juga diberikan dua penghargaan yakni Ksatria Bakti Husada Kartika yang diterima Walikota Amran Nur, dan penghargaan Manggala Karya Bakti Husada Arutara, yang diberikan kepada Ketua Tim Penggerak PKK Kota Sawahlunto, Ibu Hj.Emnidar Amran, BSc, atas komitmen dan dukungan yang diberikan PKK terhadap peningkatan pembangunan sektor kesehatan.
Sedangkan Ksatria Bakti Husada Kartika yang diterima Walikota Amran Nur, diberikan atas komitmen pemerintah daerah dalam pengembangan peningkatan pembangunan sarana prasarana kesehatan. Komitmen pemerintah Kota Kuali ini memang terlihat jelas, mulai dari peningkatan sarana prasarana RSUD hingga sarana dan prasarana pada pukesmas dan puskesmas pembantu.
RSUD Sawahlunto boleh dikatakan sudah mendapatkan nama baik di tengah masyarakat. Tidak hanya masyarakat Sawahlunto semata, namun daya tariknya membawa masyarakat dari daerah tetangga untuk berobat ke Sawahlunto. Memang, perubahan drastis terlihat jelas dalam tiga tahun terakhir, mulai dari sarana dan prasana serta SDM RSUD Sawahlunto semakin ditingkatkan.
Sementara itu, Kabag Humas Kota Sawahlunto, Syafruddin Syarif,S.Ag mengharapkan berbagai prestasi dan penghargaan yang diperoleh Sawahlunto dapat dijadikan support untuk mencapai Visi Sawahlunto menjadi Kota WisataTambang Berbudaya Tahun 2020.
Pencapaian visi pun bolh dikatakan mulai tercapai. Dimana prasarana wisata mulai lengkap, adanya taman safari mini dengan kebun binatangnya, water boom pertama di Sumatera, Danau Wisata Kandih, serta lapangan pacuan kuda, ditambah dengan museum, gudang ransum.
"Dukungan dan peran serta masyarakat merupakan bagian terbesar dalam keberhasilan Sawahlunto dalam mewujudkan berbagai program pembangunan. Terutama dalam membangun citra kota wisata tambang yang berbudaya," ujar Syafruddin.***

SLTA dan Sarjana Dominasi Pencari Kerja

TAMATAN SLTA dan sarjana masih mendominasi angka pengangguran di Kota Sawahlunto. Sedikitnya 1964 lulusan SLTA, 560 berijazah Diploma III, dan 453 menyandang gelar sarjana S1 hingga November 2006, terdaftar sebagai pencari kerja di Kota Arang. Pemerintah dan dinas terkait tampaknya harus mencarikan formula jitu dalam mengatasi permasalahan ini.
Dari total 36.173 tenaga usia kerja, 13.595 jiwa diantaranya boleh dikatakan bukan angkatan kerja. Sebab, berprofesi sebagai ibu rumah tangga, pelajar, mahasiswa, dan usia lanjut. Sedangkan yang memiliki pekerjaan baik sektor pertanian, perkebunan, karyawan, maupun pegawai berjumlah 19.489. Sisanya 2.907 jiwa merupakan penduduk usia kerja kerja yang belum mendapatkan pekerjaan.
"Beberapa program telah kita laksanakan untuk mengatasi pengangguran yang ada. Mulai dari pelatihan montir, menjahit, pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, hingga ke program singsingkan lengan baju bagi para sarjana," ujar Kepala Bidang Tenaga Kerja Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Sawahlunto, Drs. Wan Ikhlas kepada "Haluan", di ruang kerjanya.
Meski mendapatkan pelatihan, diakui Wan Ikhlas, para pencari kerja masih memiliki keterbatasan dengan masalah modal untuk pengembangan usaha. Tetapi, sebenarnya pencari kerja dapat memanfaatkan modal dari program kredit tanpa bunga yang digelindingkan pemerintah.
Sebelumnya, kata Wan Ikhlas, pihak telah melakukan pelatihan dan pendidikan bagi tamatan SLTA khususnya kaum wanita untuk dikirim menjadi tenaga kerja ke perusahaan elektronik di Batam dan Negara Malaysia. Kesulitan terjadi dalam penyaluran tenaga kerja pria. Sebab, perusahaan negara tetangga lebih memilih tenaga kerja wanita pada perusahaannya.
Dulunya pemerintah Kota Arang sempat bekerja sama dengan beberapa perusahaan tambang di luar Sumbar dalam menyalur tenaga. Namun, karena produktivitas perusahaan tambang yang menurun ikut membawa kemunduran dalam penyaluran tenaga kerja.
Dalam tiga bulan terakhir, kesempatan menjadi tenaga kerja ke luar negeri bagi kaum adam mulai terbuka. PT. San Yasindo Perusahaan elektronik Malaysia membuka peluang tersebut. Hingga akhir bulan November lalu, 50 tenaga kerja pria asal Sawahlunto mulai dipekerjakan di sana, dengan masa kontrak dua tahun.
Selain itu, pencari kerja atau penganggur juga diberikan kesempatan untuk mendapatkan bantuan dalam bentuk kelompok dengan program padat karya. Dimana, satu kelompok beranggotakan 20 jiwa, serta memiliki lahan untuk dikelola, pemerintah melalui dinas terkait memberikan bantuan alat pengelola lahan, upah perangsang, serta bibit yang akan dikembangkan.
Begitu banyaknya program yang diberikan pemerintah ternyata belum dapat mengentaskan angka pengangguran yang ada. Berkemungkinan angka pengangguran akan terus melonjak tahun demi tahun. Hendaknya, masyarakat mulai menyadari bahwa pekerjaan tidak hanya tergantung kepada perusahaan, tetapi juga dapat dilakukan secara mandiri, seiring dengn bantuan dan bimbingan dari pemerintah.***

Perkembangan RSUD Kota Arang

BANGSAL bedah RSUD Kota Sawahlunto yang semula ditargetkan akan beroperasi awal tahun 2007 mendatang, direncanakan mampu menampung sedikitnya seratus pasien, atau mempunyai kapasitas 100 tempat tidur. Peningkatan tersebut sangat jauh dari kondisi bangsal bedah saat ini yang hanya memiliki daya tampung 20 tempat tidur.
Selama ini, untuk bangsal bedah RSUD Kota Arang hanya memanfaatkan ruang yang seadanya, atau boleh dikatakan belum memadai. "Saat ini kita masih menunggu selesainya pembangunan bangsal bedah yang tengah dilaksanakan. Rencana semula, awal 2007 bangsal bedah yang baru sudah dapat dimanfaatkan," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto, dr. Indra, MPPM kepada "Haluan", di ruang kerjanya.
Pengembangan RSUD akan semakin ditingkatkan, sebab secara kebutuhan baik dalam daerah maupun bagi masyarakat dari daerah tetangga sangat besar. Mulai dari Kabupaten Dharmasraya, Sawahlunto Sijunjung dan Tanah Datar, sebagian masyarakat memilih berobat ke Sawahlunto. Selain dekat, baik sarana prasarana mau pun sumber daya manusia yang mengelola dan melayani terus dilengkapi dan ditingkatkan.
Selain bangsal bedah, RSUD Sawahlunto juga direncanakan akan direncanakan pembangunan ruang unit gawat darurat (UGD) yang lebih representatif, dengan memanfaatkan gedung peninggalan Belanda di sekitar rumah sakit. Akan tetapi, hal itu masih dalam wacana pengembangan. Secara geografis, letak RSUD saat ini memang dihukum oleh lokasi yang sangat sempat, bahkan boleh dikatakan sangat sulit untuk dilakukan pengembangan secara fisik.
Selain berada pada posisi kaki bukit, RSUd juga diapit pemukiman penduduk yang sangat rapat. Sehingga apabila dilakukan pengembangan, jelas akan mengganggu pemukiman yang ada. "Kita berharap, pengembangan ke depan RSUD akan dilengkapi dengan UGD yang lebih representatif. Tujuannya tentu RSUD Sawahlunto semakin dekat di hati masyarakat Sawahlunto dan menjadi acuan serta rujukan bagi masyarakat daerah tetangga," lanjut Indra.
Keterbatasan akan lahan pengembangan di RSUD Sawahlunto juga terlihat dengan kecilnya lokasi parkir kendaraan bermotor. Pada hal, kunjungan dan pasien yang datang ke rumah sakit ini semakin meningkat dari waktu ke waktu. Pemerintah hendaknya mencarikan solusi terbaik dalam pengembangan RSUD ke depan.
"Dari pelayan yang diberikan sudah sangat bagus, baik dari segi kecepatan maupun cara para perawat dan dokter melayani pasien. Namun, kondisi RSUD yang telah baik ini kurang didukung dengan ketersediaan lahan parkir yang belum begitu luas. Terkadang, kami sangat sulit dalam memarkir kendaraan yang telah begitu sesak," keluh Dedi (27), warga Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, ketika menunggui Ibunya yang sakit.
Setidaknya, lanjut Dedi, rumah sakit ini dilengkapi dengan lokasi parkir yang memiliki atap. Sehingga kendaraan para keluarga pasien aman dari cuaca panas dan hujan. Jelas, katanya, hal itu akan semakin membuat para keluarga pasien semakin tertarik dengan RSUD Sawahlunto sebagai tempat berobat yang representatif.

Monday, December 11, 2006

Kata Ketua LKAAM Sawahlunto

Ketua LKAAM Sawahlunto
Drs. Adi Muaris Khatib Kayo

Meski baru untuk yang kedua kalinya, kita melihat masyarakat sangat antusias. Sebab, moment ini sangat penting untuk memperlihatkan betapa besarnya kekayaan adat dan budaya yang terkandung di Kota Sawahlunto. Sebab, diakui atau tidak Sawahlunto menjadi besar berkat dukungan berasal dari masyarakatnya yang terdiri dari berbagai suku dan budaya.
Visi Sawahlunto telah memiliki misi untuk pengembangan nilai adat dan budaya. Artinya, harus ada dukungan penuh dari masyarakat dalam mencapai visi ini. Jika, visi tercapai dengan baik dan sempurna secara otomatis akan menimbulkan peningkatan kesejahteraan masyarakat sepanjang nilai wisata yang dikembangkan tidak berbenturan dengan nilai adat dan budaya. Perkembangan nilai wisata yang dikembangkan harus mendukung nilai adat dan budaya yang tertanam pada masyarakat Sawahlunto.“Selama tidak berbenturan kami dari kaum adat dan budaya akan tetap menjunjung tinggi dan mendukung program Sawahlunto menjadi Kota Tambang Berbudaya 2020. visi dan misi menjadi kota wisata tambang berbudaya merupakan visi dan misi bersama menuju masyarakat Sawahlunto yang adil dan makmur,”ujar Ketua LKAAM Sawahlunto, Drs. Ari Muaris Khatib Kayo.


by :
Fadilla Jusman
plus_indo@yahoo.com
0812 67 43613

Kata MUI Sawahlunto

Ketua MUI Sawahlunto
H.Zainal Arifin Dt Rangkayo Tangah

Peringatan Ulang Tahun Kota Sawahlunto, merupakan suatu perkembangan yang baik untuk memelihara sejarah daerah serta menjadi tolak ukur sejauh mana pemerintah kota berhasil mencerdaskan, mensejahterakan masyarakatnya. Sehingga ada perbandingan antara antara apa yang telah direncanakan melalui aspirasi masyarakat dengan apa yang telah terealisasikan oleh pemerintah.
Masyarakat harus tahu dengan apa yang telah dilakukan pemerintah dari tahun ke tahun. Meski ini baru ulang tahun yang kedua kalinya diperingati, tetapi akan memiliki arti penting bagi kota sawahlunto ke depan dalam mencapai visi Menjadi Kota Wisata Tambang Yang Berbudaya Tahun 2020.
Kota Wisata Tambang yang Berbudaya harus memperhatikan nilai agama. Selama ini, kita melihat pemerintah sangat komitmen dengan pengembangan agama, namun harus tetap dibina dan diberikan perhatian. Sehingga terus ada keseimbangan antara agama dan pembangunan fisik.
“Artinya kehidupan harus menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Dan itu terlihat dalam visi dan misi kota menuju kota wisata tambang yang berbudaya,” jelas Ketua MUI Sawahlunto, H.Zainal Arifin Dt Rangkayo Tangah.
Selain itu, menurut Zainal Arifin, masyarakat harus memberikan dukungan penuh kepada pemerintah yang terlihat sangat berani dalam mengembangkan kota, dari kota yang menggantungkan hidup dari batubara menjadi kota wisata. Keberhasilan pemerintah tentu akan tercapai dengan dukungan dari masyarakat.“Jangan sampai keinginan pengembangan kota hanya tumbuh dari pemerintah semata, tanpa adanya dukungan masyarakat. Karena tujuan yang akan dicapai pemerintah adalah untuk mensejahterakan masyarakatnya. Mari kita dukung bersama-sama,” tambah Datuak Rangkayo Tangah.


by :
Fadilla Jusman
plus_indo@yahoo.com
0812 67 43613

Kata Sekdako Sawahlunto

Sekdako Sawahlunto
Zohirin Sayuti, SE

Saya merasa bangga dan salut, adanya keseriusan pemerintah yang didukung masyarakatnya untuk membangun Kota Sawahlunto ini secara merata di berbagai bidang, banyak perubahan yang terjadi, adanya kebijakan menyangkut pembangunan fasilitas publik begitu gencarnya dilakukan.
Begitu halnya dengan kegiatan pembangunan non fisik pengembangan SDM dan SDA diberbagai sektor, bila dahulu kita terbius dengan kekuatan batubara semata, namun di era duet Ir.H.Amran Nur dan H.Fauzi Hasan, semuanya jadi berubah drastis. Banyak hal yang berhasil mereka melakukan dalam melanjutkan konsep pembangunan mantan Wali Kota Drs.H,.Subari Sukardi menuju visi kota tahun 2020, dan mantan Wali Kota almarhum Drs.Rahmatsyah yang berjasa membuka akses jalan sebagai sarana transportasi desa kedesa..
Hal ini sebenarnya jarang ditemukan, kaena hal itu butuh keberanian untuk mengolahnya, tapi, Wako Amran Nur dan Wawako Fauzi Hasan ketika itu dapat membacanya dengan cermat “Alhamdulillah, konsep yang masih menggantung dan belum terlaksana itu akhirnya diselesaikan oleh pemerintahan sekarang, disinilah letak keberanian Ir.Amran Nur sebagai Kepala Pemerintahan dalam mengembangkan potensi yang ada setelah batubara tidak lagi jadi primadona” kata Zohirin.
Dalam konteks hari jadi kota ke 118 tahun, 1 Desember 2006 ini, katanya lagi, banyak hal yang tampak yang harus dikembangkan, sebagai PNS, jelas kami juga siap untuk mendukung semua kebijakan setiap kepala daerah, termasuk bagaimana mensukseskan pembangunan berkelanjutan menuju visi Sawahlunto Kota Wisata Tambang yang Berbudaya.
Selaku Sekretaris Daerah, sebutnya, Zohirin melihat, semangat juang pemerintahan sekarang tidak hanya terbatas kepada pekerjaan fisik dalam persiapan percepatan visi 2020 semata, tapi juga pembangunan ekonmomi yang berbasi kerakyatan melalui sektor peternakan sapi dan pertanian kakao, disamping jasa dan perdagangan yang tumbuh sejak lama.
“Dengan hari jadi Kota Sawahlunto ke 118 ini, saya mengajak semua pihak untuk terus berjuang dan berjuang” ucapnya bersemangat.


by :
Fadilla Jusman
plus_indo@yahoo.com
0812 67 43613

Kata Wakil Walikota

Wakil Walikota Sawahlunto
H. Fauzi Hasan

Hari jadi Kota Sawahlunto ke 118 ini, kita jadikan sebagai momentum menuju masyarakat “sadar wisata” dalam mempercepat visi kota tahun 2020 Sawahlunto sebagai kota wisata tambang yang berbudaya.
Dalam perkembangannya, kota ini maju begitu pesat dibidang pembangunan berkelanjutan, sejalan dengan itu, tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan. Supaya lebih bermakna, yang sangat diperlukan saat ini adalah rasa kebersamaan untuk menjaga asset-asset yang telah dibangunan tersebut sekaligus bagaimana rasa memiliki terhadap kota ini begitu mengental dihati warga.
Bagian terpenting dalam mengisi pembangunan saat ini adalah, bukan hanya fisik, tapi juga non fisik, misal, bagaimana penyuluhan dilakukan pada masyarakat tentang sadar wisata melalui tindakan bersih lingkungan, bersih dari segala bentuk gangguan keamanan, dan bagaimana mengajak masyarakat memiliki kota ini.
“Untuk itu, disinilah saatnya masyarakat diajak dan dilibatkan secara bersama-sama mengisi pembangunan yang dilakukan saat ini melalui sistim yang lebih baik, akuntabel dan inovatif, agar semua yang dicita-citakan dalam visi 2020 itu dapat dicapai dengan hasil yang lebih baik” kata Fauzi.Menyangkut Sawahlunto Kota Wisata Tambang, kata Fauzi lagi, kondisinya belumlah seratus persen kesiapannya, namun untuk menuju kearah visi 2020 itu sudah banyak perubahan terhadap kota ini “Secara politis, yang ada baru sebatas statemen kearah keberhasilannya belaka, tapi saya yakin kita asal bersama pasti mampu mencapai visi tersebut dengan baik” sebutnya mengakhiri pembicaraan, saat dimintai pendapatnya ketika turun kelapangan melihat korban bencana angin ribut pekan lalu.


by :
Fadilla Jusman
plus_indo@yahoo.com
0812 67 43613
Ketua DPRD Sawahlunto
Erizal Ridwan,ST

Ada yang monumental bagi saya selaku wakil rakyat dalam melihat kota ini, mulai dari sejarah masa lalunya sampai kota ini bangkit dari ketertinggalannya untuk hidup lebih sejajar dengan kota-kota lainnya yang telah lebih dahuluan maju.
Contoh kecil saja, bila dahulu kita tidak pernah berfikir mau dijadikan apa bangunan dan asset-asset berbau kolonialis itu, tapi kini semua asset tersebut ternyata menjadi bagian dari sejarah kejayaan Kota Sawahlunto masalalu. Itu semua, menurut saya tidak pernah lepas dari keberadaan Tambang Ombilin itu sendiri.
Dalam pandangan saya, secara kelembagaan maupun pribadi, banyak perubahan yang terjadi di Kota Sawahlunto akhir-akhir ini, baik infrastruktur, sarana dan prasarana umum perkotaan, maupun kultur masyarakatnya terlihat berkembang dan begitu dinamis, penilaian saya, hal ini merupakan bagian dari cita-cita masyarakat secara keseluruhan dalam menciptakan iklim yang lebih baik dan tentram menuju percepatan visi kota tahun 2020 mendatang.
Nilai tambah dari semua itu adalah perjuangan, hal ini jelas dapat kita saksikan secara kasat mata, pemerintah ternyata tidak mati rasa terhadap cita-cita warga kota yang menginginkan terjadinya berbagai perubahan apapun bentuknya yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
Objektifitas penilaian saya, kerja keras dan keikhlasan untuk membangun kota ini lebih berkembang hanya ada pada pemerintahan sekarang, kendati konsep dan perencanaannya ada pada era pemerintahan sebelumnya yang masih layak untuk diteruskan.
“Melalui hari jadi ini, saya hanya berpesan, mari kita bersama membangun komunitas untuk kemajuan kota yang berdampak terhadap pembangunan ekonomi rakyat secara merata” ungkapnya polos.


by :

Fadilla Jusman
plus_indo@yahoo.com
0812 67 43613