Friday, December 22, 2006

Historis PGAN 6 Tahun Kolok

HISTORIS PGA N 6 TAHUN KOLOK KOTA ARANG

DULU mengecap pendidikan di bangku sekolah Pendidikan Guru Agama yang disebut PGA, merupakan suatu hal yang sangat membanggakan. Bahkan, boleh dikatakan setara dengan kebanggaan orang tua yang melihat anaknya kuliah di masa kini. Mungkin di hati para guru agama yang saat ini telah menginjak usia 50-an, PGA boleh dikatakan suatu kata yang tidak asing lagi.
Keberadaan guru-guru agama saat ini, bisa dikatakan tidak lepas dari peran dan kehadiran PGA di masa silam. Sedikit goresan sejarah berdirinya PGA di Kota Sawahlunto, tepatnya di Nagari Kolok yang banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan pendidikan agama di Kota Sawahlunto dan daerah tetangga.
Berdirinya sekolah PGAN di Nagari Kolok Sawahlunto, merupakan rentetan dan lanjutan perkembangan pendidikan agama dan keagamaan di Nagari Kolok, dengan melalui lima waktu pertukaran zaman, baik pemerintahan mau pun penjajahan.
Sekitar tahun 30-an, pendidikan agama di Nagari Kolok berjalan dari surau-surau secara tardisional dengan halaqah-halaqah dan zawiyah-zawiyah yang disebut dengan mengaji kitab. Setelah adanya pembaharuan pendidikan agama di Minangkabau dengan berdirinya Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Beberapa anak nagari Kolok pun menuntut ilmu pendidikan agama ke Sumatera Thawalib di Kota Serambi itu. Tepatnya, Agus Salim Karimudo, anak nagari Kolok itu mendapatkan title diplomanya di sana.
Sepulangnya, timbullah hasrat untuk mendirikan sekolah agama dan diusahakan pembangunan gedungnya pada tahun 1936. Berselang satu tahun, sekolah agama pun berdiri dengan nama Madrasah Durusul Islamiah, yang menganut sistem pengajaran sesuai dengan Sumatera Thawalib Padang Panjang, dengan pimpinan Agus Salim Karimudo.
Enam tahun berjalan, tepatnya 1942 tentara Jepang sampai ke Sumatera Barat. Walau zaman pendudukan Jepang membawa penderitaan pahit bagi masyarakat Minangkabau, tidak membuat perjalanan madrasah terhenti, bahkan mampu menamatkan muridnya untuk pertama kali. Akan tetapi, begitu gigihnya Agus Salim Karimudo dalam berjuang, pimpinan madrasah pun diserahkan kepada M.Zen Siman Pandito Kayo. Meski berjalan, pendidikan agama di sekolah cikal bakal PGA itu harus disesuaikan dengan suhu udara pemerintahan Jepang, dan nama sekolah pun diubah menjadi Madrasah Islamiah Nagari Kolok yang berjalan hingga tahun 1948.
Kekalahan Jepang oleh sekutu pada tahun 1948, membuat Belanda kembali melancarkan agresi ke II ke Indonesia. Dalam masa genting saat itu, seluruh penduduk Nagari Kolok harus mengungsikan diri ke hutan-hutan, dan rumah sedikitnya 400 unit pun dibumihanguskan oleh tentara Belanda.
Tak pelak, kondisi tersebut membuat Madrasah Islamiyah bersama sekolah-sekolah lainnya di Kota Sawahlunto harus ditutup sementara. Akan tetapi, di pengungsian yang agak tetap, madrasah kembali dibuka secara darurat.
Memasuki zaman pemulihan di awal 1950-an, seluruh pengungsi kembali ke kampung di mana rumah-rumah yang sebagian besar telah rata dengan tanah, akibat aksi beringas tentara Belanda. Namun lain halnya dengan madrasah, bangunan yang dulunya digunakan luput dari keganasan kolonial Belanda itu. Awal tahun 1951, Madrasah Islamiyah kembali aktif dengan pimpinan kembali di tangan Agus Salim Karimudo, besertakan murid yang menggembirakan hingga 1959. Kemajuan pun bertambah, Madrasah Islamiyah mendapat bantuan subsidi dan terdaftar pada Direc. Pendidikan Agama Kementerian Agama RI kala itu.
Akan tetapi, sejalan dengan dipanggilnya Agus Salim Karimudo oleh Sang Pencipta, serta adanya pergolakan PRRI. Agus Salim Karimudo sendiri juga sempat terancam jiwanya, meski pun tidak ikut serta, tetapi dicurigai karena maklum zaman itu dikuasai PKI. Akhirnya, dilengkapi dengan kurangnya kemampuan untuk meneruskan sekolah, dan ditutup hingga 1962.
Di tahun 1963, Madrasah Islamiyah kembali dibuka. Sesuai dengan rencana pemaharuan pendidikan agama kala itu, maka atas anjuran Kepala Inspeksi Pendidikan Agama Kabupaten Sawahlunto Sijunjung M.Zen Hakim, madrasah pun bertukar nama menjadi Pendidikan Guru Agama Swasta 4 Tahun Nagari Kolok dengan mengikuti kurikulum PGA Negeri, dan disahkan pada 16 Maret 1964.
Mendapat dorongan dan sambutan masyarakat yang sangat baik, PGA Swasta berusaha merubah status swasta menjadi negeri. Berselang empat tahun, pada 8 Juli 1968 PGA swasta telah berubah menjadi PGA Negeri 4 Tahun, dengan SK Menteri Agama RI No.72 Tahun 1968.
Pesatnya pendidikan di PGAN 6 Tahun Kolok serta membludaknya murid yang datang dari berbagai daerah memberikan nilai tersendiri bagi sekolah pencetak guru agama itu. Memasuki 1970 PGAN 4 Tahun kembali ditingkatkan menjadi PGAN 6 Tahun oleh Kepala Jawatan Pendidikan Agama Sumatera Barat berdasarkan SK Menteri Agama RI No.141 Tahun 1969. PGAN 6 Tahun Kolok ternyata memberikan daya tarik bagi masyarakat daerah tetangga. Mulai dari Solok dengan Sulit Air, Paninjauan, Tanjung Balit serta X Koto Diatas, serta Kabupaten Tanah Datar dengan Padang Ganting, Saruaso, Tanjung Emas.
"PGAN dulu muridnya datang dari berbagai daerah, mulai dari Solok, Batusangkar, hingga Sijunjung. Boleh dikatakan PGAN 6 Tahun Kolok bagaikan kampus di masanya. Tapi kini hanya kenangan, mungkin hanya tersisip di hati para guru agama yang saat ini telah beranjak ke usia tua di Kota Sawahlunto ini," ujar Ketua KAN Kolok, Jasril Dt. Paduko Suanso.
Kejayaan PGAN 6 Tahun Kolok harus berakhir dengan keluarnya Keputusan Departemen Agama yang menghapus PGAN 6 Tahun. Dihapus, dan menjadi MTSN dan MAN semenjak ajaran 1978. Kedua sekolah tersebut dipimpin Zainal Arifin Dt. Rangkayo Tangah. Namun, pada tahun 1980, seiring dengan perkembangan dan MAN pun belum mendapat tempat di hati masyarakat, muridnya pun kian hari kian menciut. MAN pun direlokasi ke Muaro Labuah dalam sekejap. MTSN pun turut menerima imbas atas kepindahan sekolah lanjutannya itu.
Saat ini, gedung PGAN 6 Tahun Kolok telah dimanfaatkan masyarakat untuk Lembaga Pendidikan Swasta tingkat dasar yakni MDA, yang tetap berjalan hingga saat ini. ***

No comments: