Friday, December 22, 2006

Tambang Emas Bak Cendawan di Kota Arang

Bak Cendawan
Tambang Emas Tumbuh di Kota Arang
KURANGNYA peluang kerja, membuat sebagian masyarakat Kota Sawahlunto beralih profesi menjadi penambang emas. Hampir di setiap aliran sungai di Kota Kuali tidak lepas dari deru bisingnya mesin dompeng sipencari emas, yang membutuhkan perhatian pemerintah.
Sungai Batang Ombilin misalnya, ketika melintas jembatan di kawasan Salak, terlihat jejeran mesin dompeng yang menyembulkan asap hitam dengan suara yang menderu, saling berpacu mengeluarkan air dari lubang tambang.
Sebagian penambang mengaku, penambangan emas yang mereka lakukan karena sulitnya mencari pekerjaan. Sementara himpitan ekonomi semakin keras menekan sendi-sendi kehidupan. Bahkan diantara mereka sengaja lari dari tambang batubara rakyat, yang tidak lagi menjanjikan."Ya sekedar untuk memenuhi hidup dari hari ke hari," ujar Madi (34), salah seorang penambang, kepada "Haluan", Rabu (13/9).
Meski hanya sekedar mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, untuk melakukan penambangan harus memiliki modal yang kuat. Sebab, membutuhkan sepasang mesin dompeng, untuk menyedot air dan pasir yang mengandung emas.
Tidak berbeda jauh dengan aktifitas di Batang Ombilin, sungai Malakutan di Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto pun tidak luput dengan deru bising mesin dompeng yang silih berganti memompakan asap hitamnya.
Eri (35), bersama lima orang rekannya semenjak dua tahun silam telah bergelut dengan pencarian emas dengan menggali dasar sungai Lintas Malakutan. "Dari pada melakukan tambang batubara, yang belum jelas keberadaannya dan kandungan yang semakin menipis, lebih baik menambang emas, yang harganya senantiasa melonjak," tutur Eri, dengan baju basah yang melekat di badannya.
Meski hanya sekedar penyambung hidup, aktifitas penambangan emas juga menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap air dan areal persawahan yang berada di sepanjang aliran sungai.
Namun, di balik usaha memenuhi kebutuhan hidup, aktifitas penambangan emas juga mengancam areal sawah masyarakat yang berada di sepanjang aliran sungai. Betapa tidak, akibat sungai yang secara terus menerus digali, membuat sawah di sepanjang alirannya menjadi runtuh, karena kehilangan keseimbangan.
Apalagi, ketika musim hujan datang, air sungai yang rata-rata setinggi lutut, menjadi banjir, yang secara tidak langsung mengikis setiap tepian sungai. Akibatnya, lagi-lagi pengikisan tanah olah air.Mungkin sudah saatnya pemerintah Kota Sawahlunto memberikan perhatian kepada aktifitas penambang emas, agar tetap mampu menjaga ekosistem yang ada di sekelilingnya.***

No comments: